Demensia

Waspadai Tanda-tanda Awal Demensia Sejak Dini

Waspadai Tanda-tanda Awal Demensia Sejak Dini
Waspadai Tanda-tanda Awal Demensia Sejak Dini

JAKARTA - Demensia atau pikun merupakan kondisi degeneratif otak yang memengaruhi jutaan orang, termasuk lebih dari 1,2 juta penduduk Indonesia. 

Penyakit ini biasanya menyerang individu di atas 50 tahun, menyebabkan penurunan fungsi kognitif, memori, dan kemampuan mengambil keputusan.

Tahap awal demensia seringkali ringan, seperti kesulitan mengingat nama atau wajah. Namun, seiring waktu, fungsi dasar seperti berpikir, berbicara, hingga berjalan bisa terganggu, membuat pasien membutuhkan pengawasan intensif.

Deteksi dini sangat penting. Mendeteksi demensia sejak awal memungkinkan langkah-langkah pencegahan atau perawatan yang bisa memperlambat progres penyakit, sehingga kualitas hidup pasien tetap terjaga lebih lama.

Lupa Biasa vs Lupa yang Menjadi Gejala Demensia

Tidak semua lupa berarti demensia. Dian Purnomo dari Alzheimer’s Indonesia (ALZI) menjelaskan, penting membedakan lupa normal dengan gejala awal demensia.

Lupa biasa, seperti menaruh barang dan masih bisa mengingatnya, belum menjadi tanda bahaya. Sedangkan jika seseorang benar-benar sulit mengingat peristiwa sehari-hari, misalnya mengirim surat ke kantor pos tapi lupa barangnya ada di tas, ini perlu diwaspadai.

Perbedaan ini menekankan pentingnya observasi keluarga. Gejala awal demensia kadang ringan tapi progresif, dan keluarga biasanya yang pertama kali menyadari adanya perubahan memori.

Peran Keluarga dan Caregiver

Pasien demensia sering kali tidak menyadari atau menolak dianggap sakit. Denial menjadi hambatan dalam deteksi dini. Oleh karena itu, peran caregiver—biasanya anggota keluarga—sangat penting untuk memantau dan membujuk pasien menjalani pemeriksaan.

Kampanye pencegahan juga ditujukan pada generasi muda, karena mereka dapat membantu mendeteksi tanda-tanda awal pada orang tua. Kesadaran dini memungkinkan intervensi lebih cepat dan efektif, yang dapat memperlambat perkembangan gejala.

Beberapa gejala yang sering memicu kunjungan ke dokter antara lain: suka menuduh orang mencuri, lupa tanda tangan sendiri, dan sering kehilangan barang. Perhatian terhadap perilaku sehari-hari sangat membantu identifikasi dini.

Gejala Lanjutan dan Kewaspadaan

Jika dibiarkan, demensia dapat berkembang lebih serius, bahkan memengaruhi kemampuan dasar seperti mengunyah atau menelan. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit ini tidak hanya memengaruhi ingatan, tetapi juga fungsi fisik.

Selain gangguan memori, pasien demensia dapat menunjukkan perubahan perilaku dan emosional, termasuk kebingungan, kecemasan, atau mudah tersinggung. Kondisi ini menekankan perlunya pemantauan konstan dan lingkungan yang aman.

Meskipun saat ini demensia belum bisa disembuhkan, deteksi awal sangat menentukan kualitas hidup pasien. Konsultasi rutin dengan dokter spesialis saraf atau psikiatri bisa membantu mengelola gejala dan memberikan strategi coping yang tepat.

Pencegahan dan Kehidupan Sehari-hari

Selain deteksi dini, gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko demensia. Diet seimbang, olahraga rutin, stimulasi mental, dan interaksi sosial teratur terbukti bermanfaat untuk kesehatan otak.

Keluarga juga disarankan membuat catatan gejala yang muncul, memantau perubahan perilaku, serta memastikan pasien tetap aktif secara fisik dan mental. Pendekatan ini membantu memperlambat progres penyakit dan menjaga kualitas hidup pasien lebih lama.

Dengan mengenali tanda-tanda awal dan menerapkan langkah pencegahan, keluarga dan pasien dapat bekerja sama menghadapi demensia dengan lebih bijak dan efektif. Kesadaran sejak dini menjadi kunci utama untuk mengelola penyakit ini dengan baik.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index