Minyak

Harga Minyak Dunia Anjlok, Dampak Keseimbangan Pasokan 2026

Harga Minyak Dunia Anjlok, Dampak Keseimbangan Pasokan 2026
Harga Minyak Dunia Anjlok, Dampak Keseimbangan Pasokan 2026

JAKARTA - Harga minyak global kembali mengalami tekanan signifikan pada perdagangan Rabu (Kamis WIB), setelah laporan OPEC menunjukkan bahwa pasokan minyak dunia diproyeksikan akan seimbang dengan permintaan pada tahun 2026. 

Kondisi ini menandai pergeseran dari proyeksi sebelumnya yang memperkirakan defisit pasokan di pasar global.

Data pasar mencatat, harga Brent turun USD 2,45 atau 3,76%, menjadi USD 62,71 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melemah USD 2,55 atau 4,18% ke level USD 58,49 per barel. 

Penurunan ini menunjukkan bahwa investor mulai menilai pasar minyak tengah bergerak menuju titik keseimbangan, sehingga tekanan jual meningkat.

OPEC: Pasokan Akan Sesuai Permintaan 2026

OPEC mencatat bahwa peningkatan produksi dari anggota OPEC+ diperkirakan akan menutupi kebutuhan global pada 2026, berbeda dengan perkiraan sebelumnya yang menilai pasar akan mengalami defisit. Analis Senior dari Price Futures Group, Phil Flynn, menilai bahwa prospek keseimbangan ini menjadi pemicu utama turunnya harga minyak.

“Prospek bahwa pasar berada dalam kondisi seimbang jelas mendorong penurunan harga. Pasar ingin percaya bahwa titik keseimbangan telah tercapai, dan OPEC tampak lebih serius daripada IEA,” ujar Flynn.

Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) merilis Prospek Energi Dunia terbaru, memperkirakan bahwa permintaan minyak dan gas dapat terus meningkat hingga tahun 2050. 

Proyeksi ini berbeda dengan perkiraan sebelumnya, ketika IEA memperkirakan puncak permintaan minyak global akan tercapai dalam dekade ini. Perubahan metode perkiraan IEA kini lebih menekankan kebijakan yang ada dibanding janji iklim masa depan.

Kelebihan Pasokan Masih Menekan Harga

Analis John Kilduff dari Again Capital menekankan bahwa turunnya harga minyak juga terkait dengan kondisi pasar fisik, di mana beberapa penjual minyak mentah kesulitan menemukan pembeli.

“Ada kargo yang mulai menipis. Pasar paling depan sedang membentuk kurva harga baru, dan ada kesan umum yang lemah dalam ekonomi AS,” kata Kilduff.

Kelebihan pasokan minyak mentah global memang telah menjadi faktor penghambat kenaikan harga selama beberapa bulan terakhir. Meskipun OPEC+ bulan ini sepakat menunda peningkatan produksi pada kuartal pertama 2026, keputusan ini datang setelah pembatalan pemangkasan produksi sejak Agustus 2025.

Faktor Ekonomi AS dan Permintaan Minyak

Di sisi lain, faktor ekonomi AS turut memengaruhi dinamika harga. Pembukaan kembali pemerintahan AS dan pemulihan pendanaan lembaga federal diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan konsumen serta aktivitas ekonomi, yang pada akhirnya memacu permintaan minyak mentah.

Analis IG Market, Tony Sycamore, mencatat bahwa parlemen AS, yang dikuasai Partai Republik, berencana melakukan pemungutan suara untuk menyetujui rancangan undang-undang yang akan memulihkan pendanaan pemerintah hingga 30 Januari. 

Langkah ini berpotensi mendorong konsumsi energi, namun efeknya terhadap harga minyak masih perlu menunggu respons pasar global.

Kurva Harga dan Tren Pasar Berjangka

Selain faktor fundamental, kondisi pasar berjangka juga menguatkan tren bearish. Ketika selisih harga kontrak minyak jangka pendek dan panjang berada pada contango, harga kontrak jangka panjang lebih tinggi dibanding spot. Pola ini menandakan kelebihan pasokan jangka pendek dan menekan harga fisik saat ini.

Investor kini memantau dengan cermat langkah OPEC+ dan data ekonomi global, terutama dari negara konsumen utama seperti AS, China, dan Eropa. Keseimbangan pasokan-permintaan menjadi indikator kunci arah pergerakan harga minyak dalam beberapa bulan ke depan.

Prospek Harga Minyak di Sisa Tahun 2025

Sejumlah analis memperkirakan harga minyak dunia akan bergerak di kisaran USD 57–63 per barel dalam jangka pendek, bergantung pada respons OPEC+ terhadap kondisi oversupply dan dinamika ekonomi global.

Dengan prospek keseimbangan pasokan 2026, pasar kini berada pada persimpangan antara realitas produksi dan ekspektasi permintaan. Investor tetap waspada terhadap potensi volatilitas, terutama jika permintaan global tidak pulih sesuai harapan.

Langkah OPEC+ selanjutnya, baik memperpanjang maupun menambah pemangkasan produksi, akan menentukan arah tren harga minyak hingga akhir tahun 2025.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index