Paviliun Indonesia

Paviliun Indonesia di COP30 Tawarkan Pasar Karbon 90 Juta Ton

Paviliun Indonesia di COP30 Tawarkan Pasar Karbon 90 Juta Ton
Paviliun Indonesia di COP30 Tawarkan Pasar Karbon 90 Juta Ton

JAKARTA - Paviliun Indonesia resmi dibuka di COP30, Belem, Brasil, menampilkan potensi karbon berkualitas sebesar 90 juta ton dengan nilai ekonomi mencapai US$7,7 miliar per tahun. 

Paviliun ini menjadi pusat diplomasi iklim Indonesia, sekaligus wadah bagi kolaborasi internasional untuk memperkuat aksi iklim global melalui High Integrity Carbon Market Framework.

Paviliun Indonesia Jadi Pusat Diplomasi dan Kolaborasi

Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo, membuka Paviliun Indonesia dan menekankan pentingnya paviliun sebagai sarana pertemuan, presentasi program, dan diskusi bilateral selama sebelas hari ke depan.

“Kami membuka seluas-luasnya kesempatan bagi berbagai pihak untuk berpartisipasi,” ujar Hashim , dikutip dari siaran pers. Ia menambahkan, paviliun ini diharapkan menjadi representasi kontribusi Indonesia dalam aksi iklim global dan memperkuat posisi negara di kancah internasional.

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala BPLH, Hanif Faisol Nurofiq, menegaskan bahwa paviliun ini merupakan wujud nyata komitmen nasional Indonesia untuk menghubungkan ambisi global dengan aksi konkret di lapangan.

“Kami tidak hanya hadir untuk bernegosiasi, tetapi untuk menunjukkan bahwa Indonesia siap menjadi jembatan hijau dunia yang menghubungkan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat global melalui pasar karbon berintegritas tinggi,” kata Hanif.

Inisiatif High Integrity Carbon dan Seller Meet Buyer

Mengusung tema Accelerating Substantial Actions of Net Zero Achievement through Indonesia High Integrity Carbon, Paviliun Indonesia menampilkan lebih dari 50 sesi strategis, termasuk dialog tingkat menteri, CEO talks, dan forum Seller Meet Buyer. Konsep Seller Meet Buyer ini hadir untuk pertama kalinya dalam sejarah Paviliun Indonesia di COP, memfasilitasi transaksi langsung dan transparan antara penjual dan pembeli kredit karbon dari seluruh dunia.

Melalui platform ini, Indonesia menawarkan 90 juta unit karbon berkualitas (Quality Carbon Units) yang siap diperdagangkan, dengan potensi nilai ekonomi US$7,7 miliar per tahun.

“Pasar karbon bukan sekadar transaksi ekonomi. Ini adalah cara kami menegakkan integritas dan membangun kepercayaan dunia terhadap sistem karbon Indonesia,” tambah Hanif.

Etalase Diplomasi Hijau dan Kerja Sama Internasional

Selama COP30, Paviliun Indonesia menjadi etalase diplomasi hijau yang menampilkan inisiatif lintas sektor, mulai dari kehutanan, energi, industri, hingga pengelolaan limbah. Paviliun juga menyoroti kerja sama bilateral dengan mitra strategis, seperti Inggris dan The Royal Foundation, untuk memperkuat pendanaan hijau serta transfer teknologi rendah emisi.

“Diplomasi lingkungan tidak lagi berhenti di meja negosiasi. Ini saatnya implementasi nyata. Indonesia siap berjalan di garis depan bersama mitra dunia menuju masa depan yang berkeadilan dan rendah emisi,” tegas Hanif.

Potensi Ekonomi dan Kontribusi Indonesia

Dengan nilai ekonomi mencapai US$7,7 miliar per tahun, paviliun ini menunjukkan bagaimana Indonesia memanfaatkan pasar karbon sebagai instrumen strategis untuk pembangunan berkelanjutan. 

Selain menjadi platform perdagangan karbon, Paviliun Indonesia juga menekankan integrasi antara kebijakan nasional dan aksi nyata di lapangan, termasuk pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan dukungan terhadap masyarakat lokal.

Kehadiran Paviliun Indonesia di COP30 menandai langkah penting dalam diplomasi iklim global, menegaskan posisi Indonesia sebagai negara yang siap memimpin pasar karbon berintegritas tinggi, serta mendorong kolaborasi internasional untuk mencapai target net zero emissions.A

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index