JAKARTA - Pernah merasa kebelet buang air besar (BAB) tak lama setelah makan? Banyak orang mengalaminya dan menganggapnya hal aneh, padahal kondisi ini memiliki penjelasan medis yang jelas.
Fenomena ini umumnya dipicu oleh refleks gastrokolik, yaitu reaksi alami tubuh untuk mengosongkan isi usus besar agar ada ruang bagi makanan baru yang masuk.
Ketika makanan mencapai lambung, tubuh merespons dengan meningkatkan pergerakan otot usus besar atau dikenal sebagai peristaltik. Akibatnya, sisa makanan yang sudah siap dibuang terdorong ke arah anus, dan timbullah rasa ingin BAB.
Namun, pada sebagian orang, dorongan ini bisa datang lebih cepat atau terasa lebih kuat dari biasanya. Lalu, apa saja penyebabnya?
1. Stres Bisa Memicu Pencernaan Bekerja Lebih Cepat
Kondisi stres — baik secara fisik maupun emosional — dapat berdampak langsung pada sistem pencernaan. Saat seseorang mengalami stres, pengosongan lambung justru tertunda, tetapi gerakan usus besar meningkat.
Artinya, makanan yang sudah berada di usus terdorong keluar lebih cepat, sehingga timbul keinginan mendesak untuk BAB.
Dengan kata lain, refleks gastrokolik menjadi lebih aktif pada kondisi stres. Itulah sebabnya, orang yang sedang tegang, cemas, atau kelelahan sering kali mengeluh ingin ke toilet segera setelah makan.
2. Kecemasan Meningkatkan Refleks Gastrokolik
Selain stres, kecemasan (anxiety) juga berperan besar dalam mempercepat dorongan untuk buang air besar.
Menurut laporan Health, beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki gangguan kecemasan mengalami aktivasi sistem saraf otonom yang lebih kuat, termasuk di bagian usus.
Akibatnya, refleks gastrokolik menjadi lebih sensitif. Orang dengan tingkat kecemasan tinggi bahkan berisiko mengalami diare fungsional, yaitu buang air besar berulang tanpa adanya infeksi pencernaan.
3. Menu Makanan Tinggi Lemak
Makanan yang kaya lemak memang lezat, tetapi bisa menjadi penyebab utama kenapa Anda langsung ingin BAB setelah makan.
Lemak memiliki kemampuan untuk mempercepat pengosongan lambung, terutama pada individu yang sensitif. Selain itu, makanan tinggi lemak seperti gorengan, daging berlemak, atau makanan cepat saji dapat memicu produksi hormon pencernaan yang memperkuat kontraksi usus.
Tidak hanya itu, konsumsi lemak berlebih juga bisa menimbulkan diare atau ketidaknyamanan perut. Jadi, bila setelah makan hidangan berminyak Anda langsung ingin ke toilet, kemungkinan besar itu reaksi tubuh terhadap kelebihan lemak.
4. Olahraga Intens Dapat Mengganggu Pencernaan
Aktivitas fisik yang terlalu berat ternyata juga bisa memicu keinginan untuk BAB.
Penelitian menyebutkan bahwa pelari dan atlet sering mengalami exercise-induced gastrointestinal syndrome, yaitu kondisi ketika sistem pencernaan bereaksi terhadap latihan berat.
Saat berolahraga intens, aliran darah ke organ pencernaan menurun, sementara sistem saraf simpatik menjadi aktif. Akibatnya, penyerapan nutrisi terganggu, dan otot usus menjadi lebih cepat berkontraksi.
Inilah alasan mengapa banyak pelari melaporkan keinginan BAB saat atau setelah berlari.
5. Kafein: Pemicu Tersembunyi dari Kopi dan Teh
Kebiasaan minum kopi di pagi hari memang dapat membantu “melancarkan” pencernaan, tapi pada beberapa orang, efeknya terlalu cepat. Studi menunjukkan bahwa 1 dari 3 orang merasa ingin BAB setelah minum kopi, bahkan meski kopi tersebut tidak mengandung kafein (decaf).
Hal ini terjadi karena kopi mengandung senyawa yang menstimulasi otot usus besar, mirip dengan efek makanan pada refleks gastrokolik. Jadi, jika Anda sering ke toilet setelah sarapan kopi, itu bukan kebetulan — itu reaksi fisiologis yang alami.
6. Sindrom Iritasi Usus Besar (IBS)
Irritable Bowel Syndrome (IBS) atau sindrom iritasi usus besar merupakan gangguan kronis pada sistem pencernaan yang ditandai dengan nyeri perut, diare, sembelit, atau keduanya secara bergantian.
Penderita IBS sering kali mengalami dorongan kuat untuk buang air besar segera setelah makan, terutama jika mereka memiliki tipe IBS dengan dominasi diare. Gejala ini terjadi karena sensitivitas berlebihan pada refleks gastrokolik, sehingga makanan baru yang masuk langsung memicu kontraksi usus.
IBS juga sering kali diperburuk oleh stres, kecemasan, serta pola makan yang tidak teratur. Penanganan umumnya meliputi diet rendah FODMAP, manajemen stres, dan terapi medis sesuai gejala.
7. Sindrom Dumping: Makanan Bergerak Terlalu Cepat di Usus
Jika Anda merasa ingin BAB segera setelah makan, disertai diare, mual, pusing, dan jantung berdebar, bisa jadi Anda mengalami sindrom dumping. Istilah “dumping” berarti “membuang”, yang menggambarkan kondisi ketika lambung mengosongkan isinya terlalu cepat ke usus halus.
Sindrom ini biasanya dialami oleh pasien pascaoperasi lambung atau orang dengan penyakit seperti diabetes, yang memengaruhi fungsi pencernaan.
Gejalanya antara lain:
Perut terasa sakit atau mulas setelah makan
Jantung berdebar dan berkeringat
Lemas atau pusing mendadak
Keinginan kuat untuk buang air besar
Dalam kondisi berat, sindrom dumping perlu ditangani dengan perubahan pola makan, seperti mengurangi porsi makan namun meningkatkan frekuensinya, serta membatasi konsumsi gula sederhana.
Waspadai Jika Terjadi Terlalu Sering
Rasa ingin buang air besar setelah makan sebenarnya normal akibat refleks gastrokolik.
Namun, jika frekuensinya terlalu sering, disertai nyeri, atau menyebabkan gangguan aktivitas, sebaiknya periksakan diri ke dokter.
Kondisi seperti IBS, stres kronis, atau sindrom dumping bisa menjadi penyebab medis yang perlu ditangani.
Sementara itu, menjaga pola makan seimbang, mengelola stres, serta membatasi konsumsi lemak dan kafein dapat membantu mengurangi gejala.
Tubuh pada dasarnya memiliki cara alami untuk menyeimbangkan proses pencernaan. Dengan memahami penyebabnya, Anda dapat mengenali mana yang normal dan mana yang perlu perhatian medis lebih lanjut.