Menbud Fadli Zon

Menbud Fadli Zon Dorong Film PETA untuk Wariskan Semangat Kepahlawanan

Menbud Fadli Zon Dorong Film PETA untuk Wariskan Semangat Kepahlawanan
Menbud Fadli Zon Dorong Film PETA untuk Wariskan Semangat Kepahlawanan

JAKARTA - Peringatan Hari Pahlawan tahun ini membawa makna tersendiri bagi Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon. 

Dalam kunjungan ke Museum Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor, Jawa Barat, Fadli menyampaikan harapannya agar kisah perjuangan para anggota PETA dapat diangkat ke layar lebar.

Ia menilai bahwa semangat perjuangan yang lahir dari PETA bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sumber inspirasi bagi generasi muda untuk memahami arti nasionalisme dan keberanian.

“Banyak tokoh besar bangsa kita yang pernah dididik di tempat ini, seperti Jenderal Sudirman, Pak Harto, Ahmad Yani, Supriyadi, dan banyak lainnya,” ujar Fadli.
“Oleh karena itu, kita berharap museum ini akan semakin banyak dikunjungi oleh masyarakat.”

Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Fadli menegaskan pentingnya menghidupkan kembali semangat para pejuang PETA melalui karya budaya populer yang mudah dijangkau masyarakat luas.

“Misalnya dalam bentuk film tentang perjuangan PETA dalam konteks kemerdekaan Republik Indonesia. Mudah-mudahan ke depan hal ini dapat direalisasikan melalui kolaborasi dan sinergi bersama berbagai pihak,” ujarnya.

Museum PETA, Saksi Lahirnya Generasi Pejuang

Kunjungan Menbud Fadli Zon ke Museum PETA tak hanya sekadar memperingati Hari Pahlawan. Ia juga melakukan peninjauan langsung terhadap koleksi bersejarah yang tersimpan di museum tersebut—mulai dari artefak senjata, diorama perjuangan, hingga dokumentasi penting mengenai pembentukan PETA.

Museum ini menjadi tempat penting dalam perjalanan sejarah bangsa karena di sinilah semangat perjuangan militer Indonesia mulai terbentuk. Menurut Fadli, artefak-artefak yang tersimpan di dalamnya memiliki nilai edukatif dan patriotik yang tinggi, sehingga perlu dijaga dan diperkenalkan lebih luas kepada masyarakat, khususnya generasi muda.

Ia menegaskan bahwa revitalisasi museum merupakan langkah penting dalam memperkuat pemahaman sejarah perjuangan bangsa.

“Kita berharap museum ini akan semakin banyak dikunjungi oleh masyarakat. Kementerian Kebudayaan tentu ikut mendukung upaya revitalisasi Museum PETA bersama dengan pihak TNI Angkatan Darat dan Yayasan PETA,” kata Fadli.

Turut hadir dalam kunjungan tersebut Ketua Yayasan Museum PETA, Tinton Suprapto; Direktur Sejarah dan Permuseuman, Agus Mulyana; serta Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan IX, Retno Raswaty. Kehadiran para tokoh ini menandai komitmen lintas lembaga dalam menjaga warisan sejarah perjuangan bangsa.

PETA dan Akar Sejarah Tentara Nasional Indonesia

Organisasi Pembela Tanah Air (PETA) memiliki peran fundamental dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Dibentuk pada masa pendudukan Jepang, tepatnya pada 3 Oktober 1943, PETA lahir berdasarkan Osamu Seirei No. 44 yang dikeluarkan oleh Letnan Jenderal Kumakichi Harada.

Latar belakang pendirian organisasi ini tidak bisa dilepaskan dari konteks Perang Dunia II. Jepang yang mulai terdesak oleh Sekutu membutuhkan tambahan kekuatan militer di wilayah jajahannya, termasuk Indonesia. 

Namun di sisi lain, kehadiran PETA justru menjadi titik awal kebangkitan militer nasional yang kelak melahirkan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Kebutuhan Jepang akan pasukan tambahan untuk mempertahankan wilayah jajahan dari serangan Sekutu.

Upaya menarik simpati rakyat Indonesia agar mendukung Perang Asia Timur Raya.

Dorongan tokoh pergerakan nasional yang ingin memberikan pelatihan militer bagi pemuda Indonesia.

Strategi politik Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme rakyat Indonesia.

Dari sinilah muncul perwira-perwira muda seperti Sudirman, Supriyadi, dan Ahmad Yani—tokoh yang kemudian menjadi tulang punggung perjuangan kemerdekaan sekaligus simbol keteguhan semangat juang bangsa.

“Bahkan sudah ada sebelas tokoh PETA yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional,” jelas Fadli Zon.

Struktur dan Semangat Juang di Balik Pembentukan PETA

Proses pembentukan PETA diawali oleh surat permohonan dari tokoh pergerakan nasional Gatot Mangkupraja kepada Gunseikan, pemimpin tertinggi pemerintahan militer Jepang, pada 7 September 1943. 

Surat tersebut berisi keinginan agar bangsa Indonesia diberi kesempatan membantu Jepang dalam bidang militer, sekaligus mempersiapkan diri secara nasional.

Tak lama kemudian, permohonan itu disetujui, dan pada 3 Oktober 1943 PETA resmi dibentuk. Struktur organisasinya terdiri atas:

Daidan (Batalyon), dipimpin oleh Daidanco (Komandan Batalyon)

Chudan (Kompi), dipimpin oleh Chudanco (Komandan Kompi)

Shodan (Peleton), dipimpin oleh Shodanco (Komandan Peleton)

Bundan (Regu), dipimpin oleh Bundanco (Komandan Regu)

Selain itu, terdapat tingkatan Giyuhei, yakni prajurit biasa yang menjadi tulang punggung kekuatan PETA. Sistem kepangkatan didasarkan pada jabatan dan tanggung jawab, bukan pangkat militer konvensional seperti di masa kini.

Proses perekrutan dilakukan oleh Bappen (Dinas Intel Tentara Ke-16 Jepang) dengan kriteria ketat. Para pemuda berusia 18 hingga 25 tahun yang memiliki semangat juang tinggi direkrut dan dilatih secara disiplin, fisik, dan mental. Banyak di antara mereka berasal dari kalangan terpelajar yang kemudian menjadi perwira TNI pertama setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan.

Dari Museum ke Film: Mewariskan Semangat PETA untuk Generasi Muda

Usulan Fadli Zon agar kisah PETA diangkat ke layar lebar menjadi refleksi penting tentang bagaimana sejarah dapat dihidupkan kembali dalam bentuk yang lebih dekat dengan masyarakat modern. Di tengah derasnya arus hiburan global, film perjuangan seperti ini dapat menjadi sarana edukatif sekaligus inspiratif bagi generasi muda.

Ia berharap agar film tentang PETA tidak hanya menonjolkan sisi heroik, tetapi juga menggambarkan nilai solidaritas, disiplin, dan cinta tanah air yang menjadi fondasi perjuangan bangsa. 

Melalui karya budaya seperti film, semangat kepahlawanan tidak hanya dikenang setiap 10 November, tetapi juga terus hidup dalam ingatan kolektif bangsa Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index