Properti

Properti Dorong Pertumbuhan Ekonomi Didukung Insentif Pemerintah

Properti Dorong Pertumbuhan Ekonomi Didukung Insentif Pemerintah
Properti Dorong Pertumbuhan Ekonomi Didukung Insentif Pemerintah

JAKARTA - Sektor properti kini menjadi salah satu "engine of growth" bagi perekonomian Indonesia. 

Hingga kuartal III-2025, realisasi investasi nasional mencapai Rp 1.434,3 triliun, di mana sektor perumahan dan kawasan industri berkontribusi Rp 105,2 triliun.

Staf Ahli Kementerian Investasi, Ricky Kusmayadi, menekankan bahwa properti dan konstruksi memiliki multiplier effect tinggi. Selain membuka lapangan kerja, sektor ini menggerakkan rantai pasok nasional, sehingga menjadi fondasi pertumbuhan ekonomi yang sehat.

Insentif dan Program Pemerintah Perkuat Sektor

Dorongan pemerintah lewat digitalisasi perizinan OSS dan prinsip fiktif positif memberikan kepastian waktu bagi pelaku usaha. Kebijakan ini memperkuat iklim investasi dan memacu ekspansi sektor properti.

Asosiasi Real Estat Indonesia (REI) memperkenalkan konsep “Propertinomic”, menekankan bahwa properti bukan sekadar bisnis, tetapi pengungkit ekonomi utama. Sektor ini menyumbang sekitar 16 persen terhadap PDB nasional dan menyediakan 19 juta lapangan kerja di lebih dari 185 sektor turunan.

Program 3 Juta Rumah, PPN Ditanggung Pemerintah hingga 2027, dan percepatan perizinan menjadi strategi untuk meningkatkan ketersediaan hunian dan mendukung pertumbuhan ekonomi 8 persen. 

Pemerintah juga menargetkan backlog hunian sebesar 9,9 juta unit dapat terselesaikan, serta memperbaiki 26,9 juta rumah tangga yang tinggal di hunian tidak layak.

Peran Perbankan Syariah dalam Pembiayaan Rumah

Bank Syariah Indonesia (BSI) memainkan peran penting dalam menyalurkan pembiayaan properti berkualitas. Pertumbuhan KPR BSI mencapai 8,51 persen (YoY), melampaui rata-rata nasional 7,66 persen.

BSI Griya memiliki rasio Non-Performing Financing (NPF) rendah, 2,10 persen, menunjukkan kualitas aset KPR yang solid. 

Bank juga mendukung program FLPP melalui BSI Griya Sejahtera dan memperluas kolaborasi dengan pengembang, memastikan kepemilikan rumah inklusif, termasuk bagi pekerja informal melalui skema Rent-to-Own (RTO).

Selain itu, pemerintah memberikan insentif seperti pembebasan BPHTB, retribusi PBG, dan percepatan perizinan maksimal 10 hari bagi MBR, sehingga pembiayaan perumahan menjadi lebih mudah diakses.

Tren Properti Smart, Hijau, dan Teknologi

Pengamat properti CBRE, Anton Sitorus, memproyeksikan 2026 sebagai fase pemulihan moderat. Penurunan suku bunga KPR ke kisaran 4,5–5,5 persen akan semakin mendukung sektor ini.

Investasi hilirisasi energi juga memperkuat industri properti dan infrastruktur, misalnya PT Midea Electronics Indonesia membangun pabrik energi pintar 4 GWh di Batam. Tren ke depan menekankan adaptasi gedung hijau berkelanjutan, kawasan TOD, dan PropTech berbasis kecerdasan buatan.

Kombinasi kebijakan fiskal, insentif pemerintah, pembiayaan syariah, dan adopsi teknologi membuat sektor properti menjadi katalisator utama pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index