JAKARTA - Di tengah dinamika industri kelapa sawit yang masih menghadapi tekanan cuaca dan fluktuasi harga komoditas global, PT Menthobi Karyatama Raya Tbk (MKTR) menunjukkan performa yang solid sepanjang 2025.
Alih-alih terhambat oleh kondisi eksternal, emiten ini justru berhasil memaksimalkan kapasitas produksi dan memperkuat fundamental bisnis hingga mencatat lonjakan pendapatan dan laba bersih pada kuartal III 2025.
Komitmen perusahaan dalam meningkatkan efisiensi operasional, dibarengi implementasi praktik keberlanjutan, membuat MKTR melangkah lebih mantap menuju target pendapatan Rp1,2 triliun pada akhir tahun.
Kinerja Pendapatan Menguat Didukung Kenaikan Volume Produksi
Sepanjang Januari–September 2025, MKTR membukukan pendapatan sebesar Rp879,11 miliar. Perolehan tersebut naik 27% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan Rp693,76 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Kenaikan signifikan ini terutama dipicu oleh meningkatnya penjualan minyak inti sawit mentah atau Crude Palm Kernel Oil (CPKO).
Head of Corporate Communication MKTR, Anindito Wicaksono, menjelaskan bahwa lonjakan penjualan ini tidak terlepas dari beroperasinya Kernel Crushing Plant (KCP) secara penuh pada 2025.
“Peningkatan penjualan ini didorong oleh volume penjualan CPKO yang melesat 207% YoY disebabkan Kernel Crushing Plant (KCP) yang sudah beroperasi penuh pada 2025,” ujarnya dalam keterangan resmi, Minggu (16/11).
KCP merupakan fasilitas strategis milik MKTR yang mulai dibangun pada 2023 dan efektif beroperasi pada pertengahan 2024. Dengan fasilitas ini, MKTR dapat mengolah kernel atau biji buah sawit—sisa dari proses pengolahan Crude Palm Oil (CPO)—menjadi CPKO bernilai tambah tinggi.
Di samping itu, volume penjualan CPO juga naik 3% dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga semakin memperkuat pertumbuhan pendapatan perusahaan.
Anindito menambahkan bahwa pencapaian tersebut juga didukung kondisi harga komoditas yang berada dalam tren positif.
“Kemampuan MKTR untuk tetap meningkatkan produktivitas di tengah tantangan yang terjadi pada 2025 juga didukung dengan terjadinya kenaikan harga jual CPO sekitar 13% dan harga jual CPKO yang naik sebesar 41% dibandingkan tahun sebelumnya,” jelasnya.
Pertumbuhan Laba Menggambarkan Fundamental yang Kian Kokoh
Tak hanya mencatat pendapatan yang lebih tinggi, MKTR juga berhasil memperkuat performa profitabilitasnya. Laba kotor per kuartal III 2025 meningkat 51% YoY menjadi Rp124,484 miliar, naik dari Rp94,946 miliar pada kuartal ketiga 2024.
Pertumbuhan ini mengindikasikan perbaikan efisiensi dan meningkatnya margin usaha seiring pemanfaatan optimal fasilitas produksi baru.
Pada saat yang sama, EBITDA MKTR juga mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 49% YoY. Nilainya melonjak dari Rp82,638 miliar per kuartal III 2024 menjadi Rp124,963 miliar per September 2025.
Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba operasional sebelum memperhitungkan beban penyusutan dan amortisasi.
Kontribusi positif tersebut mendorong lonjakan laba bersih hingga 105% YoY. MKTR mengantongi laba sebesar Rp36,783 miliar per September 2025, naik dari Rp17,919 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Lonjakan laba bersih lebih dari dua kali lipat ini menegaskan bahwa kenaikan volume produksi, pertumbuhan harga komoditas, dan strategi ekspansi fasilitas telah memberikan dampak langsung pada kinerja finansial perusahaan.
Target Ambisius: Pendapatan 2025 Dipatok Rp1,2 Triliun
Dengan capaian kuat selama sembilan bulan pertama, MKTR optimistis mampu mencapai target pendapatan sebesar Rp1,2 triliun pada akhir 2025. Target tersebut mencerminkan pertumbuhan sekitar 19% dibandingkan pendapatan tahun 2024. Anindito menyebut bahwa proyeksi ini sangat realistis jika melihat tren operasional dan pasar.
“Estimasi ini mencerminkan prospek pertumbuhan yang berkelanjutan dan stabilitas fundamental bisnis perusahaan,” jelasnya. Menurutnya, MKTR telah mengatur strategi berbasis produktivitas dan keberlanjutan yang memungkinkan perusahaan tetap mencatat kinerja positif meski menghadapi tantangan seperti fenomena cuaca La Nina.
Fenomena La Nina yang memicu curah hujan tinggi kerap menjadi risiko bagi industri perkebunan sawit. Namun, MKTR mampu mempertahankan produktivitas berkat perencanaan dan adaptasi yang kuat, termasuk optimalisasi fasilitas pengolahan dan pengelolaan kebun yang mengikuti standar keberlanjutan.
Keberlanjutan Jadi Pilar Penguatan Industri MKTR
Selain fokus pada peningkatan produksi, MKTR juga terus memperkuat tata kelola keberlanjutan di seluruh lini bisnisnya. Penerapan prinsip zero waste management menjadi salah satu upaya penting perusahaan dalam menjaga efisiensi dan dampak lingkungan.
Melalui anak usaha PT Menthobi Hijau Lestari (MHL), MKTR menjadi pelopor dalam pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi pupuk organik granul.
“Selain menerapkan zero waste management, MKTR melalui anak usaha yaitu PT Menthobi Hijau Lestari (MHL) adalah pionir pupuk organik granul dari produk samping (limbah) kelapa sawit,” paparnya.
Pengembangan pupuk organik ini tidak hanya mendukung operasional perkebunan internal, tetapi juga memperluas peluang bisnis baru yang ramah lingkungan. Pendekatan keberlanjutan ini menempatkan MKTR dalam posisi kompetitif di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap praktik industri yang bertanggung jawab.