JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan mantan Perdana Menteri (PM) Australia Paul Keating dalam rangka kunjungan kenegaraan ke Sydney.
Pertemuan ini menjadi salah satu agenda penting yang bertujuan memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia, terutama di bidang ekonomi dan investasi.
Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani mengungkapkan bahwa pertemuan tersebut tidak bersifat semata formalitas, tetapi lebih pada tukar gagasan dan mempererat kerjasama strategis antara kedua negara.
“Direncanakan dengan Paul Keating. Itu juga akan ada pertemuan dan ini juga karena Paul Keating juga salah satu yang banyak mereka masukkan kepada Danantara. Jadi itu juga rencanakan juga akan ada agendanya,” kata Rosan saat mendampingi Presiden Prabowo di Sydney.
Rosan menekankan, hubungan antara Presiden Prabowo dan Paul Keating sudah terjalin lama. Karena itu, pertemuan ini menjadi momen saling memahami dan berbagi pandangan untuk memperkuat kerjasama Indonesia–Australia.
Pertemuan Bilateral untuk Mempererat Hubungan Strategis
Rosan menjelaskan, agenda kunjungan kenegaraan ini meliputi sejumlah pertemuan dengan pejabat pemerintah Australia dan pelaku usaha di Sydney.
“Ya ini kan memang Bapak Presiden juga sudah mengenal sangat baik sehingga ini lebih pada pertemuan tukar pikiran dan juga untuk saling memahami bagaimana bisa beri masukkan lagi. Paul Keating ini bisa mempererat hubungan antara Australia dan Indonesia,” jelasnya.
Pertemuan dengan mantan PM Australia ini diharapkan menjadi forum diskusi mengenai peluang kerjasama jangka panjang, termasuk di sektor investasi, pariwisata, pertanian, dan hilirisasi industri. Koneksi pribadi antara Prabowo dan Keating juga dianggap memperkuat kualitas komunikasi dan pemahaman kedua pihak.
Perdagangan dan Pariwisata: Tantangan dan Peluang
Menurut Rosan, total perdagangan antara Indonesia dan Australia saat ini mencapai sekitar US$15 juta, namun Indonesia masih mencatat defisit hampir US$9 juta. Meskipun demikian, defisit ini sebagian besar tertutupi oleh sektor jasa, terutama pariwisata.
“Turis dari Australia yang ke Indonesia khususnya ke Bali hampir mencapai 2 juta orang. Itu hal yang sangat positif, tapi kita harapkan juga tidak hanya ke Bali tapi juga ke daerah-daerah lain seperti Labuan Bajo dan sekitarnya,” ungkap Rosan.
Kerjasama di sektor pariwisata ini menjadi salah satu fokus utama, karena selain mendorong pertumbuhan ekonomi, juga membuka peluang investasi baru dan promosi destinasi wisata selain Bali.
Investasi dan Kerjasama Industri
Rosan menambahkan, selama kunjungan, dirinya telah melakukan pertemuan dengan sejumlah pelaku usaha Australia. Beberapa perusahaan tertarik untuk berinvestasi di Indonesia, baik di bidang rumah sakit maupun hilirisasi industri.
“Dari investasi, kebetulan saya baru mendarat dan langsung bertemu dengan 5 perusahaan hari ini. Mereka berinvestasi baik di bidang rumah sakit, satu di bidang RS dan dua di bidang hilirisasi. Dua di bidang hilirisasi mereka sudah investasi di Indonesia dan ingin melakukan ekspansi,” jelasnya.
Selain itu, kerja sama di bidang pertanian juga tengah dijajaki, khususnya pengembangan sektor peternakan sapi. Pemerintah Indonesia siap memfasilitasi investasi ini untuk mendukung kemandirian pangan dan pengembangan industri peternakan lokal.
Rosan juga menyinggung rencana investasi besar yang melibatkan Danantara, yang berbasis di Australia dan akan segera terealisasi. “Dan memang ada satu investasi kita yang mungkin Danantara yang cukup besar yang base-nya di sini akan kita... dalam waktu sangat-sangat dekat ini,” ujarnya.
Agenda Prabowo di Sydney: Lebih dari Sekadar Formalitas
Kunjungan Presiden Prabowo ke Sydney bukan hanya sebatas agenda formal, tetapi juga menjadi momen strategis untuk membangun jaringan, bertukar gagasan, dan membuka peluang ekonomi baru.
Pertemuan dengan mantan PM Paul Keating menunjukkan pendekatan diplomasi yang memadukan pengalaman politik, relasi pribadi, dan tujuan ekonomi.
Dengan pertukaran gagasan yang intens, kerjasama bilateral diharapkan bisa semakin konkret, tidak hanya untuk perdagangan, tetapi juga untuk investasi, industri hilirisasi, pariwisata, dan pertanian.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi Indonesia untuk memperluas konektivitas global dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui kolaborasi internasional.