Progres Tol

Progres Tol Japek II Selatan Capai 72 Persen

Progres Tol Japek II Selatan Capai 72 Persen
Progres Tol Japek II Selatan Capai 72 Persen

JAKARTA - Pembangunan Jalan Tol Jakarta-Cikampek (Japek) II Selatan terus berjalan masif. 

Proyek tol ini dirancang sebagai jalur alternatif ke Bandung melalui sisi selatan, untuk mengurai kepadatan lalu lintas di jalur eksisting. Hingga kini, progres keseluruhan konstruksi tembus 72,04 persen, sedangkan progres pembebasan lahan mencapai 81,53 persen. 

Dengan panjang 62 kilometer, tol ini akan menghubungkan Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) di Jatiasih hingga Tol Puwakarta-Bandung-Cileunyi (Purbaleunyi) di Sadang, memberikan konektivitas yang lebih efisien di Jawa Barat.

Meski progres pembangunan cukup signifikan, Tol Japek II Selatan belum dapat difungsikan secara fungsional untuk mendukung arus Mudik dan Balik Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). 

Kepala Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) Kementerian PU, Wilan Oktavian, menegaskan bahwa keselamatan pengguna jalan menjadi prioritas utama sebelum tol dibuka. 

“Keselamatan dan kesiapan infrastruktur menjadi prioritas utama sebelum jalan tol dioperasikan. Sehingga, untuk musim mudik Nataru tahun ini Japek II Selatan belum dapat difungsionalkan,” jelas Wilan.

Pembangunan Jalan Tol Japek II Selatan

Tol Japek II Selatan dibangun dalam tiga paket dengan enam seksi pekerjaan. PT Jasa Marga (Persero) Tbk. selaku pengelola menargetkan tol ini menjadi jalur strategis untuk mengurangi kepadatan di jalur utama Jakarta-Cikampek, sekaligus mempercepat distribusi logistik dan mobilitas masyarakat.

Tol ini tidak hanya berfungsi sebagai alternatif perjalanan menuju Bandung dan kawasan Jawa Barat bagian selatan, tetapi juga diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar. 

Proyek yang membentang di beberapa kabupaten ini menjadi ikon pembangunan infrastruktur nasional karena menambah konektivitas regional dan memperkuat jaringan jalan tol strategis di Pulau Jawa.

Tantangan dan Penanganan Titik Longsor

Salah satu kendala utama pembangunan adalah titik longsor yang terjadi di beberapa segmen trase. Tim pelaksana proyek masih fokus menangani permasalahan ini agar tol bisa beroperasi dengan aman. 

Penanganan longsor menjadi langkah krusial sebelum fungsional tol dapat dibuka, apalagi menghadapi musim libur Nataru yang meningkatkan mobilitas masyarakat.

Selain keselamatan, stabilitas jalan dan kondisi fisik konstruksi menjadi prioritas agar tol bisa digunakan dalam jangka panjang tanpa mengganggu kenyamanan pengguna. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur jalan tol modern tidak hanya soal percepatan konstruksi, tetapi juga kesiapan operasional dan mitigasi risiko alam.

Progres Tiap Paket dan Seksi Pembangunan

Dikutip dari laman resmi PT Jasa Marga, rincian progres tiap paket Tol Japek II Selatan adalah:

Paket 1 (Seksi 1 & 2: Jatiasih-Bantargebang-Setu, 7,25 km)

Pembebasan lahan: 9,84 persen

Konstruksi: 0,00 persen

Paket 2A (Seksi 3: Setu-Sukaragam, 10,5 km)

Pembebasan lahan: 86,09 persen

Konstruksi: 70,32 persen

Paket 2B (Seksi 4: Sukaragam-Bojongmangu, 13 km)

Pembebasan lahan: 97,86 persen

Konstruksi: 68,10 persen

Paket 3 (Seksi 5 & 6: Bojongmangu-Kutanegara-Sadang, 31,25 km)

Pembebasan lahan: 98,03 persen

Konstruksi: 90,45 persen

Data ini menunjukkan bahwa paket akhir di segmen selatan menjadi yang paling siap dari sisi konstruksi, sementara paket awal di sisi Jatiasih masih menghadapi kendala pembebasan lahan yang memengaruhi percepatan konstruksi.

Manfaat Tol untuk Mobilitas dan Ekonomi

Setelah rampung, Tol Japek II Selatan diharapkan memberi sejumlah manfaat strategis:

Mengurai kepadatan di jalur eksisting Tol Japek, terutama saat puncak arus mudik dan balik.

Alternatif perjalanan menuju Bandung dan wilayah Jawa Barat selatan, mengurangi waktu tempuh dan risiko kemacetan.

Percepatan arus logistik, mendukung distribusi barang dan kegiatan ekonomi antarwilayah.

Dorongan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitar, karena konektivitas tol yang baik meningkatkan investasi dan mobilitas penduduk.

Dengan progres konstruksi yang sudah mencapai lebih dari 70 persen, tol ini diprediksi akan menjadi salah satu jalur tol paling strategis untuk menunjang mobilitas regional. 

Meski belum siap untuk operasi fungsional Nataru 2025/2026, keseriusan penanganan titik longsor dan kesiapan konstruksi menunjukkan fokus pemerintah dan pengelola terhadap keselamatan dan kualitas infrastruktur.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index