JAKARTA - Jakarta diprediksi menghadapi cuaca ekstrem hingga Februari 2026.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini yang menekankan potensi hujan lebat dan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, dan genangan air.
Peningkatan intensitas hujan ini disebabkan oleh kombinasi suhu muka laut yang lebih hangat dari normal dan aktifnya monsun Asia yang membawa massa udara lembap dari Samudra Hindia.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, “Suhu muka laut di perairan Indonesia saat ini berkisar 0,5 hingga 3 derajat Celsius lebih hangat dari normal. Hal ini memperkuat proses penguapan dan pembentukan awan hujan,” ujar Dwikorita dalam konferensi pers “Kesiapan Menghadapi Puncak Musim Hujan 2025–2026” di Jakarta, Sabtu.
Menurut BMKG, aktifnya monsun Asia sejak November membawa uap air yang melimpah ke wilayah Indonesia, sehingga menambah potensi pembentukan hujan dengan intensitas tinggi.
Kondisi ini diperkuat oleh fenomena La Niña lemah dengan indeks -0,61, yang dapat memperpanjang musim hujan di sebagian besar wilayah. Dwikorita menambahkan, “Indeks La Niña saat ini berada di kisaran minus 0,61, sudah melewati ambang La Niña lemah. Ini bisa memperpanjang musim hujan di sebagian wilayah.”
Suhu Laut Hangat dan Monsun Asia Picu Hujan Ekstrem
Fenomena peningkatan suhu muka laut ini memiliki peran penting dalam pembentukan awan hujan. Air laut yang lebih hangat meningkatkan penguapan, sehingga lebih banyak uap air tersedia untuk membentuk hujan.
Ditambah dengan massa udara lembap dari monsun Asia, atmosfer menjadi sangat jenuh sehingga berpotensi menimbulkan hujan lebat di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
BMKG menekankan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan memantau informasi peringatan dini melalui kanal resmi. Hal ini penting untuk meminimalkan risiko dan dampak bencana, terutama bagi warga yang tinggal di daerah rawan banjir dan genangan air.
Fenomena La Niña Memperpanjang Musim Hujan
Selain suhu laut dan monsun, La Niña menjadi faktor tambahan yang memperkuat curah hujan tinggi. Fenomena ini merupakan kondisi ketika permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur lebih dingin dari normal, yang berimbas pada pola curah hujan di Indonesia.
Meskipun bersifat lemah saat ini, La Niña tetap berpotensi memperpanjang durasi musim hujan hingga Februari 2026.
BMKG memperingatkan, kondisi ini dapat memicu peningkatan frekuensi banjir dan genangan di wilayah perkotaan, termasuk Jakarta. Oleh karena itu, antisipasi dini menjadi langkah penting untuk mengurangi kerugian material dan potensi gangguan aktivitas masyarakat.
Kesiapsiagaan Pemprov DKI Hadapi Banjir dan Genangan
Menindaklanjuti peringatan BMKG, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar apel dan simulasi kesiapsiagaan bertajuk “Jaga Jakarta” di Ruang Limpah Sungai Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menekankan pentingnya persiapan sejak awal.
“Berdasarkan prediksi BMKG, diperkirakan pada bulan November ini sampai dengan Februari tahun depan curah hujannya akan mengalami kenaikan dan untuk itu kami akan bersiap-siap sejak awal supaya tidak terjadi lagi penanganan yang terlambat,” katanya.
Pemprov DKI menyiapkan berbagai strategi mitigasi, mulai dari pengerukan di 1.803 titik sungai dan waduk dengan volume total 721.243 meter kubik untuk meningkatkan daya tampung air, hingga menyiagakan 560 pompa stasioner di 191 lokasi dan 627 pompa mobile yang tersebar di lima wilayah administrasi.
Dukungan operasional lapangan juga melibatkan 258 ekskavator dan 449 dump truck.
Infrastruktur dan Pompa Siap Antisipasi Dampak Curah Hujan
Selain itu, tujuh rumah pompa dan sejumlah pintu air di kawasan pesisir utara Jakarta disiagakan untuk menghadapi potensi banjir rob. Pemprov juga meningkatkan koordinasi antarunit penanggulangan bencana dan dinas terkait agar respons cepat dapat diberikan ketika curah hujan ekstrem terjadi.
Melalui langkah-langkah ini, pemerintah berupaya meminimalkan dampak dari potensi bencana hidrometeorologi di Jakarta hingga Februari 2026.
BMKG dan Pemprov DKI Jakarta mendorong masyarakat untuk tetap waspada, mempersiapkan diri menghadapi kondisi cuaca ekstrem, dan selalu memantau informasi terkini dari kanal resmi terkait peringatan dini hujan dan banjir.
Dengan pemahaman yang baik terhadap fenomena suhu laut hangat, monsun Asia, dan La Niña, masyarakat diharapkan dapat lebih tanggap dan siap menghadapi risiko cuaca ekstrem yang kemungkinan akan berlangsung hingga awal tahun 2026.