Rupiah

Rupiah Berpotensi Menguat, Didukung Optimisme Konsumen dan The Fed

Rupiah Berpotensi Menguat, Didukung Optimisme Konsumen dan The Fed
Rupiah Berpotensi Menguat, Didukung Optimisme Konsumen dan The Fed

JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa, 11 November 2025, diperkirakan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan menguat di kisaran Rp16.600–Rp16.660 per dolar AS.

Penguatan ini melanjutkan tren positif dari penutupan perdagangan sebelumnya, di mana rupiah menguat 36 poin dan ditutup di posisi Rp16.654 per dolar AS.

Menurut Ibrahim Assuaibi, Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas PT Traze Andalan Futures, pergerakan rupiah yang menguat ini didorong oleh kombinasi faktor eksternal dan internal. 

Dari sisi eksternal, ekspektasi terhadap kebijakan Federal Reserve (The Fed) yang diperkirakan akan menurunkan suku bunga pada Desember menjadi pendorong utama.

Faktor Eksternal: Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Pasar global saat ini masih mempertahankan keyakinan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember mendatang. Harapan tersebut semakin kuat setelah rilis data pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan pelemahan signifikan di sektor swasta.

Data pekerjaan Challenger mencatat bahwa Amerika Serikat mengalami gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesar dalam hampir dua dekade pada Oktober 2025. Kondisi ini menimbulkan spekulasi bahwa bank sentral perlu segera menurunkan suku bunga agar tidak memperdalam perlambatan ekonomi.

Berdasarkan data CME FedWatch, pelaku pasar memperkirakan peluang 61,9% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan depan. 

Selain itu, sentimen pasar turut didorong oleh langkah Senat AS yang melanjutkan pembahasan RUU pendanaan pemerintah untuk mengakhiri penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah negeri tersebut.

Pemungutan suara final RUU ini diharapkan berlangsung dalam beberapa hari mendatang. Keputusan itu akan membuka jalan bagi rilis sejumlah data ekonomi AS terbaru, yang berpotensi memperkuat arah kebijakan moneter ke depan.

Faktor Internal: Optimisme Konsumen Indonesia Menguat

Dari dalam negeri, dukungan terhadap pergerakan rupiah datang dari meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian nasional. Berdasarkan Survei Konsumen Bank Indonesia (BI), Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) naik ke level 121,2 pada Oktober 2025, dari posisi 115,0 pada September.

Indeks di atas 100 menunjukkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi. Peningkatan ini didorong oleh perbaikan pada dua komponen utama, yakni Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).

IKE meningkat dari 102,7 menjadi 109,1, mencerminkan persepsi positif terhadap penghasilan dan kondisi ketenagakerjaan.

IEK menguat dari 127,2 menjadi 133,4, menandakan kepercayaan yang semakin tinggi terhadap prospek ekonomi enam bulan ke depan.

Ibrahim menilai bahwa rebound kuat pada IKK menjadi sinyal positif terhadap prospek konsumsi rumah tangga. “Dengan meningkatnya optimisme konsumen, aktivitas ekonomi pada kuartal IV/2025 diperkirakan akan semakin solid,” ujarnya.

Pergerakan Kurs Dolar di Bank Nasional Pagi Ini

Sementara itu, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah di perbankan nasional pada Selasa pagi (11/11/2025) menunjukkan pergerakan variatif. Tiga bank besar, yakni BNI, BCA, dan BRI, mencatatkan rentang kurs yang berbeda untuk transaksi beli dan jual bank notes.

BNI memperbarui kurs pada pukul 07.35 WIB, menetapkan kurs beli Rp16.515 dan kurs jual Rp16.815 per dolar AS.

BCA, melalui layanan e-Rate, memperbarui kurs pada pukul 07.43 WIB, dengan kurs beli Rp16.620 dan kurs jual Rp16.680.

BRI memperbarui kurs pada pukul 07.34 WIB, dengan kurs beli Rp16.598 dan kurs jual Rp16.730 per dolar AS.

Perbedaan kurs antarbank tersebut mencerminkan dinamika likuiditas di pasar valas domestik yang cukup aktif, seiring dengan meningkatnya transaksi menjelang akhir tahun.

Rupiah Didukung Sentimen Global dan Fundamental Domestik

Kombinasi faktor eksternal dan internal ini membuat rupiah berpeluang tetap berada di zona penguatan. Ekspektasi terhadap kebijakan pelonggaran moneter The Fed berpotensi menekan dolar AS secara global, sementara optimisme konsumen dalam negeri menjadi pondasi yang memperkuat stabilitas ekonomi nasional.

Selain itu, rebound pada indeks keyakinan konsumen menjadi sinyal bahwa permintaan domestik masih kuat, yang pada akhirnya mendukung nilai tukar rupiah melalui peningkatan aliran uang di sektor riil.

Ibrahim menambahkan bahwa arah pergerakan rupiah tetap perlu diwaspadai, terutama jika terdapat perubahan sikap The Fed atau data ekonomi AS yang berbeda dari ekspektasi pasar. Namun, secara umum, “Rupiah masih memiliki peluang untuk ditutup menguat di kisaran Rp16.600–Rp16.660 per dolar AS pada akhir perdagangan hari ini,” ujarnya.\

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index