Bitcoin

Harga Bitcoin Berpeluang Sentuh Rp16 Miliar, Ini Pendorongnya

Harga Bitcoin Berpeluang Sentuh Rp16 Miliar, Ini Pendorongnya
Harga Bitcoin Berpeluang Sentuh Rp16 Miliar, Ini Pendorongnya

JAKARTA - Pasar aset kripto kembali menunjukkan tanda-tanda kebangkitan setelah sempat terguncang hebat. 

Bitcoin, mata uang kripto terbesar di dunia, kini perlahan bangkit melampaui level US$106.000, usai sempat terjun bebas ke bawah US$100.000 pada Rabu, 5 November 2025.

Di tengah fluktuasi pasar tersebut, Cathie Wood, CEO ARK Invest, tetap menaruh keyakinan kuat bahwa harga Bitcoin bisa melambung hingga US$1 juta atau sekitar Rp16,6 miliar (kurs Rp16.690 per dolar AS).

Dalam wawancaranya yang dikutip Yahoo Finance, Wood menilai pertumbuhan stablecoin yang pesat menjadi faktor utama yang memperkuat prospek jangka panjang Bitcoin. 

Menurutnya, tren ini mencerminkan kepercayaan investor global terhadap ekosistem aset digital, meski volatilitas jangka pendek masih membayangi. “Baru-baru ini, total nilai pasar stablecoin mencapai US$300 miliar. Penguatan ini menandakan momen penting bagi pasar kripto,” ujarnya.

Tiga Faktor Utama yang Dorong Reli Bitcoin

Cathie Wood menjelaskan bahwa ada tiga faktor kunci yang menopang potensi kenaikan harga Bitcoin hingga menyentuh level US$1 juta per koin:

Pertumbuhan Stablecoin yang Konsisten
Lonjakan nilai pasar stablecoin menunjukkan peningkatan likuiditas di sektor kripto. Menurut Wood, semakin kuat basis stablecoin, semakin solid pula infrastruktur transaksi digital, yang pada akhirnya akan mendukung kenaikan permintaan terhadap Bitcoin.

Masuknya Institusi Besar ke Pasar Kripto
Wood menilai partisipasi institusi keuangan besar akan menjadi pengubah permainan. Dengan semakin banyaknya dana pensiun, manajer aset, dan bank besar yang mulai menaruh dana di Bitcoin, pasar kripto akan memiliki fondasi yang lebih kuat dan kredibel.

Stabilitas Makroekonomi Global
Faktor ketiga berkaitan dengan kondisi ekonomi global, terutama kebijakan moneter Amerika Serikat. Wood memperkirakan Federal Reserve (The Fed) akan melonggarkan kebijakan suku bunga pada pertengahan Desember 2025, yang dapat mendorong arus dana kembali ke aset berisiko seperti kripto.

“Kami memperkirakan kondisi makro akan membaik mulai pertengahan Desember, seiring pembaruan kebijakan The Fed dan rilis laporan ketenagakerjaan terbaru AS,” ungkapnya.

Bitcoin vs Emas: Perebutan Status Aset Lindung Nilai

Cathie Wood juga membandingkan potensi Bitcoin dengan emas, aset tradisional yang selama ini menjadi tolok ukur nilai lindung inflasi.

Menurutnya, Bitcoin memiliki peluang besar untuk merebut sebagian kapitalisasi pasar emas, mengingat karakteristiknya yang lebih fleksibel, transparan, dan mudah diakses secara global.

Wood menegaskan bahwa penurunan harga Bitcoin ke bawah US$100.000 baru-baru ini hanyalah koreksi jangka pendek. Ia melihat kondisi ini sebagai peluang akumulasi bagi investor jangka panjang.

“Tekanan yang terjadi di pasar bersifat sementara. Lonjakan stablecoin justru memperkuat fondasi jangka panjang bagi industri kripto,” ujarnya dengan optimistis.

Di sisi lain, permintaan Bitcoin dari kalangan investor institusional terus tumbuh seiring meningkatnya kepercayaan terhadap aset digital. Hal ini didukung oleh regulasi yang semakin jelas di beberapa negara dan munculnya produk keuangan berbasis kripto seperti ETF Bitcoin spot, yang membuka akses investasi lebih luas.

Proyeksi Jangka Panjang: Bitcoin Bisa Sentuh US$1,5 Juta

Tak berhenti di angka US$1 juta, Cathie Wood juga membagikan proyeksi jangka panjang yang lebih ambisius. Ia memperkirakan, jika tren adopsi institusional dan kondisi makro global terus mendukung, harga Bitcoin bisa mencapai US$650.000 pada 2030 dan bahkan melonjak hingga US$1,5 juta dalam skenario terbaik.

Menurutnya, kenaikan tersebut bukanlah hal mustahil karena Bitcoin memiliki fundamental yang kuat dan kapasitas terbatas, yakni maksimal 21 juta koin yang bisa beredar di pasar. Dengan permintaan yang terus meningkat dan pasokan yang tetap, hukum ekonomi sederhana berlaku: harga akan naik seiring kelangkaan meningkat.

Lebih jauh, Wood menilai bahwa tahun 2026 akan menjadi titik balik penting bagi pasar kripto global. Ia memperkirakan bahwa setelah masa konsolidasi pada akhir 2025, industri kripto akan kembali memasuki fase pertumbuhan baru yang lebih sehat dan stabil.

Stabilitas Pasar Kripto dan Kepercayaan Investor Meningkat

Meskipun volatilitas masih tinggi, tren jangka panjang menunjukkan bahwa pasar aset digital semakin matang. Pertumbuhan ekosistem seperti blockchain layer-2, tokenisasi aset, dan stablecoin berbasis dolar menjadi indikator bahwa teknologi keuangan terdesentralisasi terus berkembang.

Cathie Wood menegaskan bahwa investor kini mulai melihat Bitcoin bukan sekadar instrumen spekulatif, tetapi juga aset lindung nilai digital (digital store of value) yang dapat bersaing dengan emas dan obligasi jangka panjang.

“Pasar kripto sedang mengalami fase transisi menuju kematangan. Institusi besar akan berperan penting dalam menciptakan stabilitas dan legitimasi,” kata Wood.

Dengan meningkatnya adopsi global, dukungan regulasi yang lebih jelas, dan inovasi teknologi di sektor keuangan digital, Bitcoin berpotensi mencatatkan rekor harga baru dalam beberapa tahun mendatang.

Dari Koreksi ke Momentum Kenaikan

Meski sempat jatuh di bawah US$100.000, Bitcoin kini kembali menunjukkan kekuatannya dengan menembus level US$106.000. Optimisme pasar yang dipimpin oleh tokoh seperti Cathie Wood menegaskan bahwa fase koreksi saat ini hanyalah bagian dari perjalanan panjang menuju valuasi lebih tinggi.

Dengan tiga faktor utama—pertumbuhan stablecoin, dukungan institusional, dan stabilitas makroekonomi global—Bitcoin berpotensi melanjutkan reli hingga menembus Rp16 miliar per koin dalam beberapa tahun ke depan.

Jika proyeksi Wood terbukti, maka Bitcoin bukan hanya aset kripto paling berharga di dunia, tetapi juga simbol transformasi ekonomi digital global yang akan mengubah cara dunia memandang uang, investasi, dan nilai.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index