JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) untuk periode kedua November 2025.
Pergerakan harga menunjukkan tren bervariasi, mencerminkan dinamika pasar global yang dipengaruhi pasokan dan permintaan energi.
Batu bara 6.322 GAR tercatat turun tipis menjadi 102,03 dollar AS per ton, dari sebelumnya 103,75 dollar AS. Sementara itu, batu bara 5.300 GAR mengalami kenaikan kecil menjadi 67,29 dollar AS per ton, dibandingkan 67,22 dollar AS di periode awal.
Batu bara 4.100 GAR naik ke 44,29 dollar AS per ton, dan 3.400 GAR meningkat menjadi 33,88 dollar AS per ton dari 33,74 dollar AS.
Kenaikan Signifikan di Harga Mineral
Di sektor mineral, beberapa komoditas mencatat penguatan signifikan. Kobalt melonjak dari 42.283 dollar AS per dmt menjadi 47.571 dollar AS, menjadi sorotan utama pasar mineral. Tembaga juga menguat ke 10.782,53 dollar AS per dmt dari 10.662,07 dollar AS sebelumnya.
Selain itu, aluminium naik ke 2.847,17 dollar AS per dmt, sedangkan seng meningkat menjadi 3.217,83 dollar AS per dmt. Mangan mencatat penguatan tipis menjadi 3,38 dollar AS per dmt, menandakan permintaan logam industri tetap stabil meski ada tekanan global.
Komoditas Mineral Turun Tipis
Tidak semua mineral mengikuti tren positif. Emas turun menjadi 4.042,59 dollar AS per troy ounce, dari 4.110,53 dollar AS sebelumnya. Nikel melemah ke 14.998,67 dollar AS per dmt, sementara konsentrat titanium tercatat turun tipis ke 8,65 dollar AS per dmt.
Perak mengalami koreksi menjadi 48,48 dollar AS per troy ounce, dan timbal berada di 1.984,97 dollar AS per dmt. Bijih besi juga terkoreksi menjadi 1,54 dollar AS per dmt, sedangkan bijih krom tetap stabil di 6,37 dollar AS per dmt. Kondisi ini menunjukkan adanya volatilitas harga pada komoditas mineral ikutan yang sensitif terhadap faktor global.
Tren Pasar dan Implikasi untuk Industri
Pergerakan Harga Mineral Acuan (HMA) dan HBA periode kedua November menunjukkan tren campuran, mencerminkan dinamika pasar komoditas global. Kenaikan beberapa logam utama mengindikasikan permintaan industri tetap kuat, khususnya di sektor elektronik, otomotif, dan energi terbarukan.
Sementara itu, penurunan emas dan nikel menyoroti ketidakpastian pasar energi dan logam mulia. Faktor geopolitik, pasokan global, dan perubahan permintaan dari negara konsumen besar turut memengaruhi fluktuasi harga.
Industri tambang nasional diharapkan memanfaatkan momen kenaikan harga mineral strategis untuk meningkatkan produksi dan ekspor.
Keputusan Menteri ESDM Nomor 365 Tahun 2025 menetapkan HBA dan HMA untuk November 2025 sebagai acuan harga resmi. Informasi ini penting bagi pelaku industri, investor, dan eksportir dalam perencanaan produksi, kontrak, dan strategi ekspor-impor.
Dengan penguatan harga di beberapa komoditas, Indonesia tetap memiliki posisi strategis sebagai penyedia batu bara dan mineral utama di pasar global. Meski demikian, volatilitas sebagian komoditas menuntut kehati-hatian dalam pengambilan keputusan bisnis dan investasi.