Prediksi Lonjakan Harga Emas dan Arah Pergerakannya 2025

Senin, 17 November 2025 | 10:46:55 WIB
Prediksi Lonjakan Harga Emas dan Arah Pergerakannya 2025

JAKARTA - Pergerakan harga emas kembali menarik perhatian pelaku pasar setelah pada akhir pekan lalu komoditas ini mengalami penurunan tajam hingga lebih dari 3%. 

Kondisi tersebut dipicu oleh komentar hawkish dari bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), yang memunculkan aksi jual besar-besaran di pasar.

Pada awal perdagangan Senin hingga pukul 06.03 WIB, harga emas spot justru mulai bergerak positif dengan kenaikan tipis 0,09% di level US$4.082,74 per troy ons.

Pada sesi sebelumnya, Jumat harga emas dunia terkoreksi 2,20% hingga menyentuh posisi US$4.079,25 per troy ons, sehingga mencatat pelemahan dua hari beruntun. Bahkan dalam intraday, harga sempat ambruk 3,34% ke level US$4.031,89 per troy ons, menunjukkan tekanan besar dari sentimen global.

Harga emas turun lebih dari 3% akibat aksi jual masif yang dipicu pernyataan hawkish pejabat The Fed. Pernyataan tersebut meredupkan peluang penurunan suku bunga pada Desember mendatang—sentimen yang sebelumnya menjadi harapan pasar untuk mendongkrak aset emas.

“Anggapan bahwa kita akan melihat kemungkinan penurunan suku bunga The Fed pada bulan Desember yang lebih kecil inilah yang melemahkan pasar emas dan perak,” ujar David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

Pasar ekuitas pun ikut melemah, menyusul aksi jual global yang kembali mengarah ke aset berisiko rendah. 

Situasi ini diperparah oleh penutupan pemerintah AS terlama yang berakhir pada Kamis sebelumnya, menciptakan kesenjangan data signifikan dan membuat The Fed serta pelaku pasar kehilangan pijakan menjelang pertemuan kebijakan bulan depan.

Ekspektasi Pasar dan Tantangan Data Ekonomi AS

Para investor sebelumnya berharap data ekonomi terbaru menunjukkan perlambatan sehingga membuka ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga. Kondisi tersebut biasanya meningkatkan daya tarik emas karena aset ini tidak memberikan imbal hasil, sehingga menjadi alternatif saat suku bunga rendah.

Namun, ekspektasi itu meredup setelah semakin banyak pejabat The Fed menunjukkan sikap hati-hati terhadap pelonggaran moneter lanjutan. Peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin kini turun menjadi 46% dari sebelumnya 50%.

Emas umumnya berkinerja baik pada periode penuh ketidakpastian ekonomi dan saat suku bunga rendah. Tetapi kali ini, tekanan aksi jual justru menyeret harga turun.

“Ketika margin call dan likuidasi terjadi, para pedagang menutup semua aset untuk membebaskan margin, inilah yang sebagian menjelaskan mengapa emas pun turun di tengah kondisi risk-off ini,” jelas Fawad Razaqzada, analis pasar di City Index dan FOREX.com.

Sementara itu, pasar emas fisik di sejumlah wilayah Asia juga menunjukkan penurunan permintaan sepanjang pekan lalu. Melemahnya minat beli di pasar fisik menjadi tambahan faktor pelemahan harga emas dunia.

Prospek Jangka Panjang: Emas Diprediksi Melejit ke US$5.000

Meski volatilitas jangka pendek cukup ekstrem, sejumlah lembaga keuangan besar tetap mempertahankan outlook bullish terhadap emas hingga tahun 2026. Beberapa proyeksi bahkan memperkirakan lonjakan harga lebih dari 20% dari level saat ini.

JP Morgan menjadi yang paling agresif dalam memberikan proyeksi. Mereka memperkirakan harga emas dapat mencapai rata-rata US$5.055 per ons pada kuartal IV 2026, dengan asumsi adanya minat investor kuat serta pembelian bank sentral rata-rata 566 ton per kuartal sepanjang 2026.

Bank tersebut juga mempertahankan target jangka panjang sebesar US$6.000 per troy ons pada tahun 2028. JP Morgan menegaskan bahwa investor sebaiknya melihat emas dengan perspektif multi-tahun.

Natasha Kaneva, Kepala Strategi Komoditas Global di JP Morgan, mengatakan:
“Emas tetap menjadi keyakinan kami untuk jangka panjang tahun ini. Kami melihat potensi kenaikan seiring pasar memasuki siklus penurunan suku bunga The Fed.”

Goldman Sachs juga mengeluarkan proyeksi serupa dengan target US$5.055 per troy ons pada akhir 2026. Mereka menilai arus masuk ETF Barat serta pembelian bank sentral yang konsisten akan menjadi pendorong utama harga.

Goldman menambahkan bahwa diversifikasi sektor swasta ke pasar emas yang relatif kecil berpotensi mendorong kepemilikan ETF melampaui perkiraan.

Bank of America (BoA) turut menaikkan proyeksi harga emas untuk 2026 menjadi US$5.000 per troy ons dengan rata-rata US$4.400 per troy ons. Meski mengakui adanya peluang koreksi jangka pendek, BoA tetap optimistis bahwa tren kenaikan masih berlanjut di 2026.

Menurut BoA, penambahan permintaan investasi sebesar 10-15%—seperti yang terjadi tahun ini—sudah cukup mendorong emas menyentuh US$5.000 per troy ons.

Apakah Lonjakan Emas Segera Terjadi?

Dengan kombinasi sentimen hawkish The Fed, tekanan pasar global, serta proyeksi bullish dari lembaga besar, harga emas masih berada di jalur yang tidak pasti dalam jangka pendek namun menjanjikan dalam rentang beberapa tahun ke depan.

Untuk saat ini, kembalinya volatilitas dapat terus terjadi hingga The Fed memberikan sinyal lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga. Namun untuk investor jangka panjang, berbagai proyeksi menunjukkan potensi kenaikan signifikan hingga 2026–2028, terutama jika pembelian bank sentral tetap solid dan pasar ETF terus bertumbuh.

Terkini