JAKARTA - Pergerakan pasar kripto pada Jumat, 14 November 2025 kembali menunjukkan pelemahan serentak, menandai sentimen negatif yang masih mendominasi aset digital berekapitalisasi besar.
Sementara sebagian pelaku pasar berharap adanya rebound menjelang akhir pekan, kenyataannya justru menunjukkan tekanan jual yang semakin terasa, terutama pada dua aset utama: Bitcoin dan Ethereum.
Mengacu pada data Coinmarketcap.com, bitcoin (BTC)—yang selama beberapa bulan terakhir menahan laju koreksi—kembali melemah hingga 3,05% dalam 24 jam terakhir.
Secara mingguan, BTC juga terkoreksi 2,6%. Dengan posisi saat ini di USD 98.840 atau sekitar Rp 1,65 miliar (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.728), pasar mencerminkan tekanan jual yang tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga terkait sentimen makro yang belum sepenuhnya pulih.
Ethereum (ETH) pun mengalami pelemahan lebih dalam. Dalam 24 jam terakhir, ETH terpangkas 6,42%, sementara secara sepekan turun 3,72%.
Harga Ethereum saat ini berada di USD 3.197,62 atau Rp 53,47 juta. Koreksi tajam pada ETH mendapat sorotan karena sebelumnya aset ini dinilai lebih stabil menyusul pembaruan jaringan yang diharapkan memperkuat ekosistemnya.
Sentimen melemah tidak hanya melanda dua aset terbesar tersebut, tetapi juga merembet ke berbagai altcoin utama. Tether (USDT) yang biasanya stabil pun melemah tipis 0,04% dalam 24 jam dan turun 0,02% secara mingguan.
XRP justru mengalami dinamika berbeda: turun 3,99% dalam sehari tetapi naik 3,71% dalam sepekan, dengan harga berada di USD 2,29.
Sementara itu, binance coin (BNB) turun 3,5% dalam 24 jam dan 3,36% dalam sepekan, berada di USD 930,04. Solana (SOL), yang sempat mencatatkan lonjakan besar beberapa waktu lalu, kini merosot 6,59% dalam 24 jam dan anjlok 8,25% dalam sepekan, berada di USD 143,10. USDC melemah 0,03% dalam 24 jam namun naik 0,02% selama sepekan, diperdagangkan di USD 0,9999.
Tron (TRX) turun 1,05% dalam 24 jam tetapi naik 2,69% secara mingguan, diperdagangkan di USD 0,2918. Dogecoin (DOGE) juga melemah 4,5% dalam 24 jam namun menguat 0,59% dalam sepekan, dengan harga USD 0,1631. Cardano (ADA) melemah 4,41% dalam 24 jam dan merosot 1,62% sepekan, kini di USD 0,5255.
Dengan tekanan melebar di berbagai aset, kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan turun 3,03% menjadi USD 3,33 triliun atau sekitar Rp 55.200 triliun.
Pemerintah AS Kian Agresif Kuasai Aset Kripto
Di tengah pelemahan pasar yang cukup luas, perhatian publik juga tertuju pada kebijakan terbaru Pemerintah Amerika Serikat terkait kepemilikan aset digital. Per 10 November 2025, pemerintah AS tercatat memegang aset kripto senilai lebih dari USD 20,56 miliar atau sekitar Rp 342 triliun (estimasi kurs Rp 16.653 per USD).
Kepemilikan ini mencakup sederet aset utama, termasuk Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH), dan terjadi di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.
Langkah agresif ini bukan sekadar kebijakan keuangan biasa, tetapi bagian dari strategi besar lewat pembentukan Strategic Bitcoin Reserve dan U.S. Digital Asset Stockpile. Kedua program tersebut dirancang untuk memperkuat posisi Amerika Serikat dalam percaturan global aset digital yang semakin kompetitif.
Presiden Donald Trump, yang sebelumnya dikenal skeptis terhadap aset kripto, kini justru menjadi salah satu tokoh pemerintahan yang paling vokal mendukung sektor ini. Sikap barunya tampak dalam kebijakan yang mendorong adopsi, integrasi, dan penguatan infrastruktur aset digital di dalam negeri.
“Langkah ini bukan hanya investasi, tapi juga strategi nasional untuk memastikan Amerika berada di garis depan inovasi keuangan,” ujar pejabat Gedung Putih dalam laporan resmi.
Pendekatan baru ini menegaskan bahwa AS tidak hanya ingin menjadi pemain, tetapi pemimpin dalam lanskap teknologi blockchain dan aset digital.
Dampak Kebijakan Baru dan Arah Regulasi Kripto
Kebijakan Strategic Bitcoin Reserve dan Digital Asset Stockpile membawa perubahan besar dalam cara pemerintah AS mengelola aset sitaan.
Jika sebelumnya aset kripto hasil penyitaan hukum dilelang ke publik, kini pemerintah memiliki kewenangan untuk menyimpannya sebagai bagian dari cadangan nasional. Perubahan ini mencerminkan pergeseran strategi jangka panjang yang lebih terarah dan terstruktur.
Menteri Keuangan Scott Bessent, yang dikenal sebagai pendukung kuat teknologi blockchain, berperan besar mendorong perubahan tersebut. Selain itu, David Sacks memimpin Working Group on Digital Asset Markets yang bertanggung jawab merancang kebijakan jangka panjang agar sejalan dengan perkembangan industri.
Di sisi regulasi, kebijakan baru ini juga mendapat dukungan dari GENIUS Act, sebuah undang-undang yang memungkinkan pemerintah federal berinvestasi di sektor aset digital.
Dengan total cadangan kripto yang kini mencapai lebih dari USD 20,56 miliar, langkah tersebut dinilai dapat memengaruhi dinamika pasar, terutama dengan mengurangi suplai Bitcoin di pasar terbuka. Dampaknya, harga berpotensi terdorong naik dalam jangka panjang jika permintaan tetap stabil.
Namun bagi pasar dalam jangka pendek, kebijakan ini juga memunculkan spekulasi baru. Para analis menilai bahwa peran aktif pemerintah AS dalam menyimpan Bitcoin dapat memberi sinyal kuat tentang legitimasi aset tersebut, sekaligus membuka ruang diskusi tentang peran kripto dalam stabilitas ekonomi di masa depan.