JAKARTA - Indonesia kembali menghadapi potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat sejumlah wilayah mengalami hujan lebat hingga sangat lebat selama tiga hari terakhir, termasuk Majalengka, Cirebon, Tangerang Selatan, Balikpapan, Nabire, Pangkal Pinang, dan Yogyakarta.
Peringatan ini menjadi pengingat bagi masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti genangan, banjir, dan longsor yang dapat mengganggu aktivitas harian dan transportasi.
Sejumlah faktor turut memengaruhi dinamika cuaca ekstrem di Indonesia. Sirkulasi siklonik yang berada di Samudera Hindia barat daya Sumatera, selatan Jawa Timur hingga Bali, serta perairan tenggara Filipina diprediksi tetap aktif. Hal ini mendukung pertumbuhan awan konvektif yang memicu hujan lebat.
Selain itu, aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang atmosfer, termasuk Rossby Equatorial serta Kelvin, turut memperkuat dinamika cuaca di wilayah Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Kelembapan tinggi serta dorongan udara kering dari belahan bumi utara dan selatan juga membuat atmosfer menjadi relatif labil, sehingga risiko hujan lebat hingga sangat lebat, disertai angin kencang, masih sangat mungkin terjadi.
Daftar Wilayah Waspada dan Siaga Hujan Lebat
BMKG mengeluarkan peringatan cuaca untuk dua periode, 14–16 November 2025 dan 17–20 November 2025.
Pada periode pertama, wilayah yang berstatus Waspada terhadap hujan sedang meliputi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Selatan.
Sementara wilayah berstatus Siaga karena hujan lebat hingga sangat lebat meliputi Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
Daerah berpotensi angin kencang antara lain Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan NTT.
Pada periode kedua, 17–20 November, BMKG mencatat sebagian wilayah masih berstatus Waspada, seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Selatan.
Sementara itu, wilayah yang berstatus Siaga meliputi Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT, dan Papua Pegunungan. Untuk potensi angin kencang, wilayah yang berisiko meluas dari Sumatera hingga Papua, termasuk Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Imbauan Keselamatan Masyarakat
BMKG mengingatkan agar masyarakat menjauhi wilayah terbuka saat hujan disertai petir. Pohon besar, bangunan tua, atau infrastruktur yang rapuh berpotensi membahayakan keselamatan.
Selain itu, warga disarankan selalu memantau informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG agar dapat menyesuaikan aktivitas sehari-hari dan mengambil langkah antisipatif.
“Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi tersebut, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti genangan, banjir, dan longsor, yang berisiko mengganggu aktivitas harian maupun kelancaran transportasi,”
tulis BMKG dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan Periode 14–20 November 2025.
Kesadaran masyarakat akan informasi cuaca menjadi kunci untuk mengurangi risiko bencana. Masyarakat diimbau menyiapkan peralatan darurat, menjaga keamanan rumah, serta memantau peringatan dini di lingkungan sekitar.
Prediksi Cuaca Jangka Pendek dan Pemantauan
Sepekan ke depan, BMKG menekankan bahwa sirkulasi siklonik dan gelombang atmosfer masih akan berperan aktif. Kondisi ini memungkinkan terjadinya hujan lebat, angin kencang, dan potensi bencana hidrometeorologi di sebagian besar wilayah Indonesia.
Dengan demikian, koordinasi antara pemerintah daerah, BMKG, dan masyarakat harus tetap diperkuat untuk mengurangi dampak cuaca ekstrem.
Masyarakat juga dianjurkan untuk selalu memeriksa kondisi cuaca sebelum bepergian dan menunda aktivitas di luar rumah saat peringatan hujan lebat muncul. Pemantauan secara real-time melalui aplikasi resmi BMKG atau media sosial juga menjadi sarana penting agar warga selalu terinformasi.