Indonesia Siapkan Uji Jalan B50 Perkuat Ketahanan Energi

Jumat, 14 November 2025 | 11:04:52 WIB
Indonesia Siapkan Uji Jalan B50 Perkuat Ketahanan Energi

JAKARTA - Transformasi energi Indonesia memasuki fase penting dengan kesiapan pemerintah menjalankan uji jalan biodiesel B50 pada Desember 2025. 

Setelah serangkaian uji laboratorium menunjukkan hasil positif, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kini melangkah ke tahap yang lebih besar: menguji performa campuran biodiesel 50 persen minyak sawit dalam berbagai sektor industri nasional. 

Langkah ini tidak hanya menandai kemajuan teknologi bahan bakar nabati, tetapi juga mempertegas ambisi Indonesia menjadi pemimpin global dalam pemanfaatan biodiesel.

Dalam kesempatan di ajang 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) di Nusa Dua, Bali, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi menegaskan bahwa pengujian B50 merupakan kelanjutan logis setelah keberhasilan transisi bertahap dari B30 ke B40. 

Ia menyampaikan bahwa kinerja mesin dan sistem filtrasi kendaraan menunjukkan stabilitas yang serupa, sehingga B50 dipandang siap memasuki pengujian lapangan.

Skema Uji Jalan dan Jenis BBM yang Digunakan

Dalam paparannya, Eniya menjelaskan bahwa uji jalan biodiesel B50 akan menggunakan dua tipe bahan bakar solar: solar konvensional dengan kandungan sulfur 2.000 ppm dan solar standar Euro 4 dengan sulfur 50 ppm. 

Penggunaan dua jenis solar ini dilakukan untuk memastikan bahwa hasil uji dapat mencerminkan kondisi riil penggunaan di lapangan.

Sebelumnya, Kementerian ESDM juga meneliti campuran Hydrogenated Vegetable Oil (HPO) dengan B40 dan B35. Walaupun hasilnya menunjukkan performa yang lebih optimal, biaya instalasi dan harga HPO yang mencapai Rp24.000 per liter membuat opsi tersebut belum diprioritaskan. 

Karena itu, uji jalan resmi akan menggunakan formula B50 penuh tanpa tambahan HPO.

Rencana pengujian akan dilaksanakan secara serentak di enam sektor: otomotif, alat dan mesin pertanian (alsintan), genset, pertambangan, perkeretaapian, dan perkapalan. Durasi uji akan bervariasi antara dua hingga delapan bulan, menyesuaikan karakteristik operasional masing-masing sektor.

Biodiesel Sebagai Gerakan Kebangsaan

Lebih dari sekadar program energi, Eniya menekankan bahwa biodiesel merupakan bagian dari visi kebangsaan untuk membangun kemandirian energi sekaligus menciptakan kesejahteraan ekonomi.

“Setiap kenaikan blending bukan hanya soal angka, tapi berarti nilai tambah bagi jutaan petani sawit, pertumbuhan lapangan kerja, dan pengurangan emisi karbon,” ujarnya.

Indonesia kini tercatat sebagai pengguna biodiesel terbesar di dunia, dengan peningkatan produksi dari 8,4 juta kiloliter pada 2020 menjadi lebih dari 13 juta kiloliter pada 2025. Pemerintah menargetkan implementasi penuh B50 pada 2030, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat pencampuran biodiesel tertinggi secara global.

Perkembangan ini juga didukung data bahwa program biodiesel telah berhasil menghemat devisa sekitar 10,6 miliar dolar AS per tahun dan menciptakan lebih dari 41.000 lapangan kerja. Selain itu, penggunaan biodiesel mampu mengurangi emisi CO₂ setara 15,6 juta ton sepanjang 2025.

Ekosistem pendukung biodiesel pun semakin kuat, dengan keterlibatan 24 produsen biodiesel, 28 distributor bahan bakar, dan 145 terminal BBM yang terintegrasi di seluruh wilayah Indonesia.

Penguatan Tata Kelola dan Tantangan Keberlanjutan

Salah satu fokus utama pemerintah adalah memastikan tata kelola biodiesel tetap bersih, transparan, dan kredibel di tingkat global. Karena itu, Kementerian ESDM memperkuat aspek traceability, sistem verifikasi, serta standar keberlanjutan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).

Penguatan sistem tersebut penting untuk memastikan bahwa produksi biodiesel dari minyak sawit tetap sejalan dengan praktik berkelanjutan, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional yang semakin sensitif terhadap isu lingkungan.

Sejumlah pihak industri, termasuk Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), sebelumnya menyebutkan bahwa penerapan B50 juga berpotensi mendorong kenaikan harga CPO karena peningkatan kebutuhan domestik. 

Di sisi lain, Kementerian Perindustrian terus mengkaji ketersediaan bahan baku agar ekspansi B50 tetap stabil tanpa mengganggu suplai industri lainnya.

Menuju Ketahanan Energi yang Lebih Kuat

Dengan dimulainya uji jalan B50, Indonesia memasuki fase strategis untuk memperkuat ketahanan energi nasional melalui energi terbarukan. Program ini menjadi salah satu pilar dalam mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil, sekaligus membuka peluang ekonomi yang signifikan di sektor hulu hingga hilir sawit.

Setiap tahapan pengembangan biodiesel bukan hanya mencerminkan kemajuan teknologi, tetapi juga integrasi antara kepentingan energi, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Dari petani sawit hingga sektor industri transportasi, semua berada dalam ekosistem yang saling terhubung.

Jika pengujian berjalan sesuai harapan, B50 bukan hanya menjadi standar baru bagi Indonesia—tetapi juga dapat menjadi rujukan global tentang bagaimana negara berkembang mampu memimpin transisi energi hijau melalui inovasi dan komitmen nasional.

Terkini