Freeport Kembali Berproduksi di Dua Blok Tambang Aman

Jumat, 14 November 2025 | 11:04:39 WIB
Freeport Kembali Berproduksi di Dua Blok Tambang Aman

JAKARTA - Setelah beberapa waktu dihentikan akibat insiden longsor di kawasan tambang Grasberg Block Cave (GBC), aktivitas pertambangan PT Freeport Indonesia (PTFI) mulai menunjukkan pemulihan. 

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa dua blok tambang bawah tanah yang dinilai aman telah kembali beroperasi. Keputusan ini menjadi langkah awal untuk menjaga keberlanjutan produksi, sembari tetap menunggu hasil investigasi menyeluruh di area terdampak longsor.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, menegaskan bahwa dua area yang telah kembali aktif adalah Deep Mill Level Zone (DMLZ) dan Big Gossan. 

Meski produksinya tidak sebesar area lainnya, keberadaan kedua blok ini sangat penting untuk memastikan rantai pasokan dan aktivitas hilir tidak terganggu. “Sudah, sudah (beroperasi), yang DLMZ dan Big Gossan,” kata Tri saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta.

Sebelumnya, seluruh operasi di tambang bawah tanah Freeport dihentikan sementara pasca peristiwa longsor di GBC. Namun, Tri menekankan bahwa DMLZ dan Big Gossan bukan bagian dari area terdampak. 

Ia menjelaskan bahwa produksi dari dua blok tersebut berada di kisaran 600 ribu ton per tahun, sehingga meski tidak besar, tetap berkontribusi terhadap stabilitas output perusahaan. “Enggak banyak dia (produksinya). Dia cuma 600 ribu (ton) per tahun, kira-kira,” ujarnya.

Kementerian Masih Kaji Operasional Penuh dan Dampaknya

Sebelum izin operasional kembali diberikan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah menyampaikan bahwa kementeriannya masih mengkaji pembukaan area tambang bawah tanah yang tidak terdampak longsor. 

Ia menyoroti pentingnya melakukan analisis matang mengingat sebagian besar area tambang GBC masih harus dihentikan sementara untuk memastikan keamanan pekerja dan lingkungan.

Bahlil menyebut dua area yang paling berpotensi untuk kembali beroperasi adalah DMLZ dan Big Gossan. “Ada bagian yang memang tidak ada kaitannya dengan musibah. Ini lagi di-exercise untuk bagaimana bisa kita produksi,” ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM pada Senin, 10 November 2025. Pemerintah memastikan bahwa setiap keputusan pembukaan kembali area tambang akan mempertimbangkan risiko keselamatan, kesiapan teknis, serta rekomendasi tim investigasi.

Selain aspek keselamatan, Bahlil mengingatkan bahwa penghentian operasi secara total akan menimbulkan implikasi ekonomi yang signifikan. 

Bukan hanya bagi negara, tetapi juga bagi pekerja, pemerintah daerah, dan keberlangsungan industri hilir. Karena itu, pembukaan dua blok yang aman dinilai dapat memberi ruang untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah investigasi yang masih berlangsung pada area terdampak.

Menjaga Kontinuitas Pasokan untuk Smelter dan Pendapatan Daerah

Keputusan untuk mengaktifkan kembali dua blok tambang bawah tanah bukan semata-mata karena faktor produksi, tetapi juga untuk melindungi rantai ekonomi yang lebih luas. 

Bahlil menjelaskan bahwa penundaan produksi secara berkepanjangan akan berdampak langsung terhadap pendapatan negara, pendapatan daerah, serta kelangsungan pekerjaan ribuan karyawan di lokasi tambang.

Bukan hanya itu, operasional smelter Freeport di Gresik, Jawa Timur, juga sangat bergantung pada pasokan bijih dari tambang bawah tanah. 

Jika produksi berhenti total, keberlangsungan smelter dapat terganggu dan berisiko memengaruhi agenda hilirisasi logam nasional. “Karena kalau tidak kita produksi, itu dampaknya nanti kepada pendapatan negara, karyawan di sana, kemudian pendapatan daerah, dan juga kontinuitas terhadap smelter yang ada di Gresik,” kata Bahlil.

Ia juga menyebut bahwa pemerintah masih menunggu laporan lengkap dari tim investigasi yang terdiri atas Direktorat Jenderal Minerba dan Direktorat Jenderal Penegakan Hukum (Gakkum). 

Tim tengah meninjau berbagai aspek mulai dari struktur tambang, kondisi geoteknik, hingga potensi risiko lanjutan. “Tim kita masih di sana makanya saya belum berani untuk ngomong secara menyeluruh, karena timnya kita belum kasih laporan,” tambahnya.

GBC Tetap Dihentikan sambil Menunggu Investigasi Lengkap

Meski sebagian operasi telah kembali berjalan, tambang Grasberg Block Cave (GBC) sebagai area terdampak longsor tetap belum dapat dibuka. Pemerintah menegaskan bahwa langkah ini tidak dapat dinegosiasikan karena menyangkut keselamatan pekerja dan keamanan operasional. 

Proses investigasi masih berlangsung untuk memastikan penyebab longsor dan menilai stabilitas struktur tambang dalam jangka panjang.

“Jadi begini, tambang di sana itu kan ada dua. Di bagian yang kena musibah itu kita belum melakukan pergerakan apa-apa, sambil kita mempelajari, tambang underground di Freeport itu kan gede,” jelas Bahlil. 

Penjelasan ini menegaskan bahwa pemerintah berhati-hati dalam menentukan langkah selanjutnya, terutama mengingat kompleksitas operasi bawah tanah Freeport yang menjadi salah satu tambang terbesar di dunia.

Hingga investigasi tuntas dan rekomendasi final diterbitkan, operasional pada area terdampak dipastikan tetap dihentikan. Namun, pembukaan kembali area yang aman seperti DMLZ dan Big Gossan memberikan ruang bagi Freeport untuk tetap menjaga aktivitas ekonomi sambil memastikan keselamatan tetap menjadi prioritas terpenting.

Dengan tidak mengorbankan aspek kehati-hatian, kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi dampak ekonomi tanpa mengabaikan kebutuhan investigasi menyeluruh.

Terkini