BRIN Dukung Limbah Pertanian Jadi Energi Ramah Lingkungan

Kamis, 13 November 2025 | 14:18:38 WIB
BRIN Dukung Limbah Pertanian Jadi Energi Ramah Lingkungan

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong pemanfaatan limbah pertanian sebagai sumber energi baru, sejalan dengan tren global bioenergi nonpangan. 

Tujuannya untuk mendukung ketahanan energi nasional sekaligus menjaga ketersediaan pangan.

Hari Setyapraja, Peneliti Bidang Sistem Penggerak Berkelanjutan, Pusat Riset Teknologi Bahan Bakar BRIN, menjelaskan bahwa limbah seperti jerami padi dan tandan kosong kelapa sawit memiliki potensi besar diolah menjadi energi. 

“Kami berusaha mengoptimalkan satu tanaman agar seluruh bagiannya bisa dikonversi menjadi energi,” ujar Hari.

Pendekatan bioenergi yang memanfaatkan bahan non-edible ini dipilih agar tidak bersaing dengan kebutuhan pangan, sekaligus mendukung kebijakan energi ramah lingkungan di Indonesia.

Bobibos: Inovasi Bahan Bakar Alternatif dari Jerami

Salah satu inovasi masyarakat yang diapresiasi BRIN adalah Bobibos (Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos). Produk ini dikembangkan dari jerami padi menjadi bensin dan solar dengan kadar oktana tinggi dan emisi rendah.

M Iklas Thamrin, Founder Bobibos, menjelaskan pemilihan jerami sebagai bahan baku melalui riset panjang. Pertimbangan utama adalah ketersediaan melimpah, kemudahan pengadaan, dan efisiensi harga pokok produksi (HPP). “Basisnya sawah itu hasilkan padi dan jerami, nah itu yang kita manfaatkan,” kata Iklas.

Proses produksi Bobibos melibatkan beberapa tahap ekstraksi bio chemistry hingga jerami menjadi bahan bakar berkinerja tinggi. Tim Bobibos bahkan sempat mencoba bahan lain, termasuk mikroalga, namun jerami paling sesuai untuk menjaga HPP rendah sehingga harga jual tetap kompetitif.

Mulyadi, Pembina Bobibos sekaligus anggota DPR RI, menegaskan, kehadiran Bobibos bertujuan untuk alternatif ramah lingkungan dan meringankan beban masyarakat, bukan menyaingi produsen BBM yang sudah ada.

Peran BRIN dan Kolaborasi Lintas Lembaga

BRIN berperan sebagai lembaga riset yang memberikan rekomendasi ilmiah kepada pemerintah terkait energi baru terbarukan. Sementara aspek komersialisasi dan perizinan menjadi tanggung jawab Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Hari menekankan pentingnya kolaborasi antara peneliti, industri, dan regulator untuk menjamin mutu, kelayakan tekno-ekonomis, dan implementasi inovasi energi. Ia juga mengapresiasi inisiatif seperti Bobibos yang menunjukkan semangat kemandirian energi di tingkat akar rumput.

BRIN berharap penelitian limbah pertanian akan memperkuat ekosistem energi baru terbarukan di Indonesia, mendukung target kemandirian energi dan net zero emission 2060.

Respons Pemerintah dan Proses Sertifikasi

Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menanggapi inovasi Bobibos dengan langkah hati-hati. Ia memastikan Kementerian sedang mempelajari inovasi berbasis nonfosil dengan bahan baku nabati ini sebelum menentukan langkah resmi.

Dirjen Migas Laode Sulaeman menegaskan bahwa Bobibos belum memiliki sertifikasi resmi pemerintah. Pengujian di laboratorium Lemigas masih terbatas, dan proses uji resmi untuk kelayakan BBM memerlukan waktu minimal delapan bulan.

Menurut Laode, hasil uji teknis berbeda dengan izin edar. Keputusan akhir baru dapat diambil setelah seluruh tahapan pengujian selesai, memastikan keselamatan konsumen dan kepastian hukum bagi pengembang.

Potensi Jerami sebagai Sumber Energi Masa Depan

Pemilihan jerami sebagai bahan baku Bobibos bukan hanya efisien, tapi juga tidak mengganggu ketersediaan pangan. Selain itu, limbah pertanian ini tersedia melimpah dan bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.

Dengan dukungan BRIN, Bobibos diharapkan menjadi contoh bioenergi ramah lingkungan buatan anak bangsa yang dapat menekan ketergantungan impor energi dan mendukung transformasi energi nasional.

Terkini