Kenali Aritmia: Gangguan Irama Jantung yang Bisa Disembuhkan

Kamis, 13 November 2025 | 13:34:18 WIB
Kenali Aritmia: Gangguan Irama Jantung yang Bisa Disembuhkan

JAKARTA - Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan salah satu masalah kardiovaskular yang sering kali terabaikan oleh masyarakat. 

Dibandingkan dengan penyakit jantung koroner atau jantung bawaan, aritmia cenderung kurang dikenal, padahal dampaknya bisa fatal bila tidak terdeteksi sejak dini.

Menurut para ahli, langkah sederhana seperti memeriksa denyut nadi sendiri secara rutin dapat menjadi deteksi awal yang sangat efektif untuk mengenali gangguan irama jantung. Pendekatan ini menjadi penting mengingat 1 dari 3 orang di dunia berisiko mengalami aritmia serius sepanjang hidupnya.

Dicky Armein Hanafy, Head of Pulse Day Task Force sekaligus Chairperson of Public Affairs Committee Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS), menekankan pentingnya kesadaran publik akan hal ini.

“Cara mengecek denyut jantung yaitu dengan meletakkan jari telunjuk dan jari tengah di pergelangan tangan atau leher, hitung denyutnya selama 30 detik dan kalikan dua untuk mendapatkan denyut per menit. Denyut normal berada di kisaran 60 hingga 100 detak per menit,” jelas Dicky.

Ia menambahkan, pemahaman terhadap irama jantung sendiri merupakan langkah sederhana namun berdampak besar dalam menjaga kesehatan kardiovaskular.

Deteksi Dini Bisa Selamatkan Nyawa

Salah satu bentuk aritmia yang paling sering ditemukan adalah Atrial Fibrillation (AF), yaitu kondisi ketika irama jantung menjadi tidak teratur dan sering kali terlalu cepat. Kondisi ini bisa menyebabkan terbentuknya gumpalan darah di jantung, yang kemudian berpotensi memicu stroke, gagal jantung, atau komplikasi lain.

Sayangnya, AF sering tidak menunjukkan gejala yang khas. Banyak penderita tidak menyadari bahwa dirinya berisiko, sehingga pencegahan sering terlambat dilakukan. Gejala umum yang perlu diwaspadai antara lain detak jantung berdebar cepat (palpitasi), nyeri dada, pusing, kelelahan, sesak napas, serta penurunan kemampuan berolahraga.

Dicky menjelaskan, “Gejala tersebut jika sering muncul tentu akan sangat mengganggu kualitas hidup penderitanya. Karena itu, deteksi dini aritmia, terutama AF, sangat penting untuk menyelamatkan nyawa.”

Dengan langkah kecil seperti memeriksa denyut nadi sendiri, seseorang bisa mendeteksi ketidakteraturan jantung sebelum berkembang menjadi kondisi yang lebih berbahaya.

Cetak Biru Nasional untuk Penanganan Aritmia

Kesadaran akan pentingnya deteksi dini kini diiringi dengan langkah strategis di tingkat nasional. Sejumlah asosiasi jantung di Indonesia telah menyusun Blueprint Nasional Aritmia atau Cetak Biru Rencana Pengembangan Aritmia Nasional, sebagai pedoman strategis memperkuat sistem layanan kesehatan terkait aritmia.

Erika Maharani, Ketua Indonesian Heart Rhythm Society (InaHRS), menjelaskan bahwa cetak biru ini disusun untuk menjawab meningkatnya beban penyakit aritmia di Indonesia serta keterbatasan akses layanan kesehatan dibandingkan negara lain di kawasan Asia-Pasifik.

Data dari Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS) White Book 2023 menunjukkan bahwa Indonesia hanya mencatat 0,30 implantasi defibrillator kardioverter implan (DKI) dan 0,51 tindakan ablasi fibrilasi atrium (FA) per satu juta penduduk — masing-masing 239 kali dan 1.280 kali lebih rendah dibandingkan Selandia Baru dan Jepang.

“Kondisi ini mencerminkan masih terbatasnya layanan diagnosis dan terapi aritmia di Indonesia. Akibatnya, risiko kematian akibat gangguan irama jantung yang tidak tertangani menjadi lebih tinggi,” ungkap Erika.

Transformasi Layanan Kesehatan untuk Jantung yang Lebih Kuat

Dalam cetak biru tersebut, Erika menjelaskan bahwa strategi nasional ini dibangun di atas enam pilar transformasi kesehatan, yaitu:

Transformasi layanan primer

Transformasi layanan lanjutan

Transformasi ketahanan kesehatan

Transformasi pembiayaan kesehatan

Transformasi SDM kesehatan

Transformasi teknologi medis

Tujuan dari strategi ini adalah agar layanan aritmia di Indonesia lebih merata dan mudah diakses, didukung oleh tenaga medis kompeten dan teknologi modern. Langkah ini diharapkan dapat menekan angka kematian akibat aritmia, meningkatkan kualitas hidup pasien, serta mengurangi beban pembiayaan kesehatan nasional.

Selain itu, Erika juga mengajukan beberapa usulan konkret kepada pemerintah agar implementasi cetak biru dapat berjalan efektif:

Integrasi program pengembangan aritmia ke dalam agenda transformasi kesehatan nasional Kementerian Kesehatan RI.

Penguatan pembiayaan berkelanjutan, melalui skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kemitraan industri, serta program Corporate Social Responsibility (CSR).

Pembentukan registri nasional aritmia, untuk kebijakan berbasis data dan pemantauan program.

Kolaborasi lintas sektor, yang melibatkan pemerintah, akademisi, asosiasi profesi, dan sektor swasta dalam edukasi publik serta inovasi layanan digital.

“Langkah-langkah strategis ini diharapkan tidak hanya memperkuat posisi Indonesia dalam jejaring regional dan global, tetapi juga mewujudkan visi besar kita — Bersatu Menjaga Irama Negeri,” tegas Erika.

Aritmia Bisa Dicegah, Bukan Vonis Hidup

Pesan penting dari seluruh inisiatif ini adalah bahwa aritmia bukanlah vonis, melainkan kondisi yang bisa dicegah dan dikelola dengan baik.
Melalui kesadaran masyarakat, pemeriksaan rutin, serta sistem kesehatan yang terintegrasi, banyak nyawa dapat diselamatkan dari risiko komplikasi jantung yang mematikan.

Erika menutup dengan harapan agar implementasi Blueprint Nasional Aritmia berjalan konsisten di seluruh wilayah Indonesia.

“Dengan upaya bersama, kita dapat menekan angka kesakitan dan kematian akibat aritmia, sekaligus membangun kesadaran bahwa menjaga irama jantung berarti menjaga kehidupan itu sendiri,” ujarnya.

Gangguan irama jantung seperti Atrial Fibrillation adalah masalah serius, namun bisa dicegah melalui deteksi dini, edukasi publik, dan sistem layanan kesehatan yang kuat.

Langkah sederhana seperti memeriksa denyut nadi setiap hari dapat menjadi awal kecil yang berdampak besar bagi kesehatan jantung dan keselamatan hidup.

Terkini