JAKARTA - Indonesia masih menghadapi persoalan stunting dan kekurangan gizi yang signifikan, terutama pada anak-anak.
Menjawab tantangan ini, Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) berkolaborasi dengan organisasi nirlaba internasional TechnoServe untuk memproduksi beras fortifikasi.
Beras fortifikasi adalah beras yang diperkaya dengan mineral dan vitamin tambahan melalui proses teknologi pasca panen. Tujuannya, meningkatkan nilai gizi pangan pokok yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari.
Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, menegaskan pentingnya peran industri beras dalam mendukung program pemerintah terkait gizi. “Perpadi tentunya memiliki kewajiban juga untuk membantu pemerintah di dalam menyelesaikan persoalan gizi,” ujar Sutarto saat ditemui di Kemang, Jakarta.
Kolaborasi dengan TechnoServe untuk Peningkatan Kualitas
Kerja sama dengan TechnoServe mencakup asistensi teknis, sosialisasi, dan pelatihan bagi penggilingan padi. Program ini bertujuan agar proses fortifikasi dapat dilakukan dengan standar gizi dan teknologi yang tepat.
Menurut Sutarto, Perpadi menghadirkan pakar di bidang gizi dan teknologi pangan untuk memberikan bimbingan teknis kepada para anggota. Hal ini dilakukan agar pelaku usaha penggilingan padi dapat memahami proses fortifikasi dari awal hingga akhir, sekaligus memastikan kualitas beras yang dihasilkan tetap optimal.
Evelyn Djuwidja, Manajer Program Infinite TechnoServe, menambahkan bahwa pengetahuan masyarakat dan pelaku usaha terkait produksi beras fortifikasi masih terbatas. “Kalau mereka mau produksi beras fortifikasi, mulainya dari mana? Permasalahannya ada di mana? Jadi kami seperti memberikan konsultasi kepada mereka,” jelas Evelyn.
Akses Luas, Harga Terjangkau
Produk beras fortifikasi yang akan dikembangkan tidak dibatasi oleh harga eceran tertinggi (HET), sehingga bisa dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat, dari kelas menengah ke atas hingga masyarakat ekonomi bawah.
Sutarto menjelaskan, dengan memperbanyak produsen beras fortifikasi, persaingan pasar akan lebih sehat, mengurangi risiko monopoli, dan membuat komoditas ini lebih terjangkau. “Kalau persaingannya lebih baik itu artinya tidak ada monopoli,” katanya.
Dengan strategi ini, beras fortifikasi diharapkan dapat menjadi solusi gizi yang merata, sekaligus mendorong industri penggilingan padi untuk lebih berinovasi.
Program Millers for Nutrition: Tingkatkan Pengetahuan Lokal
TechnoServe juga menjalankan program Millers for Nutrition, yang fokus pada pengembangan kapasitas penggilingan padi di Indonesia. Program ini memberikan pelatihan praktis, mulai dari pemilihan bahan baku, teknik fortifikasi, hingga distribusi beras fortifikasi yang memenuhi standar gizi nasional.
Melalui program ini, para pelaku usaha tidak hanya mendapatkan keterampilan teknis, tetapi juga pemahaman tentang dampak sosial dari produksi beras fortifikasi, khususnya dalam meningkatkan gizi masyarakat.
Mendorong Industri dan Kesehatan Publik
Inisiatif Perpadi dan TechnoServe menunjukkan bahwa industri pangan dapat menjadi agen perubahan dalam isu kesehatan masyarakat. Dengan memadukan teknologi, pendidikan, dan kolaborasi internasional, produksi beras fortifikasi berpotensi mengurangi angka stunting sekaligus memperbaiki pola gizi nasional.
Langkah ini juga diharapkan mendorong inovasi dalam penggilingan padi dan membangun ekosistem pangan yang berkelanjutan, yang tidak hanya fokus pada kuantitas produksi tetapi juga kualitas nutrisi.