Saham RATU

Saham RATU Melonjak Signifikan, Happy Hapsoro Cetak Rekor

Saham RATU Melonjak Signifikan, Happy Hapsoro Cetak Rekor
Saham RATU Melonjak Signifikan, Happy Hapsoro Cetak Rekor

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan pada perdagangan sesi pertama hari ini, Jumat, naik 0,15% ke level 8.384,43.

Di tengah tren positif ini, saham PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), yang dimiliki taipan Happy Hapsoro, menjadi sorotan utama investor.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham RATU melonjak 3,36% ke level Rp10.000 per lembar pada perdagangan sesi pertama, menguat 12,36% dalam sepekan terakhir. Sejak melantai pada Januari 2025, saham ini bahkan naik 769,57%, menunjukkan minat pasar yang tinggi terhadap emiten migas tersebut.

Latar Belakang Kepemilikan Saham RATU

Lonjakan harga saham RATU terjadi di tengah aksi jual terbatas oleh pemiliknya, PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA). Mengacu data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 10 November 2025, RAJA masih memegang 1,87 miliar saham atau 69,01% dari total saham RATU.

Sebelumnya, per 7 November 2025, RAJA menguasai 1,89 miliar saham (69,63%).

Sejak Agustus 2025, RAJA melakukan divestasi sebagian sahamnya, termasuk pelepasan 10 juta lembar saham dengan harga transaksi Rp6.000 per saham. Meski demikian, porsi mayoritas RAJA tetap signifikan, memastikan kontrol perusahaan tetap di tangan induk grup.

Kinerja dan Strategi Operasional RATU

Indo Premier Sekuritas menilai RATU sebagai perusahaan eksplorasi dan produksi (E&P) non-operator dengan risiko operasional rendah. Pasalnya, RATU bermitra dengan operator migas berpengalaman seperti Petrochina di Blok Jabung, Jambi, dan ExxonMobil di Blok Cepu, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Perusahaan E&P non-operator memiliki risiko operasional yang rendah, terutama yang bermitra dengan operator yang terbukti andal,” jelas Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan, analis Indo Premier Sekuritas.

RATU memiliki hak partisipasi sebagai investor pasif: 2,2% di Blok Cepu dan 8% di Blok Jabung. 

Meskipun bersifat non-operator, perseroan menargetkan menjadi operator dalam lima tahun mendatang dan aktif mencari peluang merger atau akuisisi, terutama pada blok brown fields yang sudah melewati masa puncak produksi, untuk menjaga arus kas bebas (free cash flow).

Kinerja Keuangan Tetap Positif

Meski pendapatan RATU menurun, laba bersih perseroan menunjukkan pertumbuhan. Pada semester I/2025, RATU membukukan pendapatan US$25,15 juta, turun 10,03% secara tahunan. Namun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai US$7,64 juta, naik 3,43% dari periode sama tahun sebelumnya.

Capaian ini menegaskan bahwa strategi perusahaan dalam menjaga efisiensi operasional dan pemilihan mitra operator yang handal berhasil menjaga profitabilitas, sekaligus membuat saham RATU menarik bagi investor pasar modal.

Prospek Saham RATU di Mata Investor

Lonjakan harga saham RATU tidak lepas dari persepsi investor terhadap prospek jangka menengah perusahaan. Potensi ekspansi menjadi operator, pengelolaan blok brown fields, dan arus kas bebas dari merger dan akuisisi menjadi faktor yang menarik minat pasar.

Selain itu, dominasi pemilik saham mayoritas yang stabil memberi investor keyakinan akan arah strategis perusahaan, sekaligus menahan volatilitas saham. Kombinasi faktor ini mendorong RATU tetap kinclong di tengah penguatan IHSG dan menjadikannya salah satu saham blue chip yang banyak diperhatikan pada perdagangan Jumat ini.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index