Pasar Mobil Listrik Indonesia Tumbuh Pesat, Persaingan Ketat

Rabu, 12 November 2025 | 13:21:47 WIB
Pasar Mobil Listrik Indonesia Tumbuh Pesat, Persaingan Ketat

JAKARTA - Pasar mobil listrik berbasis baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV) di Indonesia semakin panas seiring pertumbuhan penjualan yang pesat dan masuknya berbagai pemain baru. 

Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan, penjualan mobil listrik murni sepanjang Januari–September 2025 mencapai 55.225 unit, meningkat signifikan dibandingkan 43.188 unit sepanjang tahun 2024.

Pangsa pasar BEV kini menembus 9,8%–10% dari total penjualan mobil nasional, menandai pertumbuhan signifikan sektor kendaraan listrik di Indonesia.

Penjualan Mobil Listrik Capai Lonjakan Signifikan

Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, menilai prospek pasar mobil listrik di Indonesia hingga 2026 sangat positif. 

Menurut Yannes, pertumbuhan ini ditopang oleh sejumlah faktor, termasuk insentif fiskal yang masih kuat, harga kompetitif, dan kesadaran lingkungan yang meningkat di kalangan konsumen urban.

“Apalagi, beberapa model EV sudah menembus batas psikologis harga Rp 200 jutaan, membuat EV makin terjangkau, dan beberapa EV pada kelas Rp 300 jutaan lebih murah dari mobil ICE konvensional. Tapi, pertumbuhan ini tetap bergantung pada perluasan infrastruktur charging dan kesiapan purnajual dari para APM,” ujar Yannes.

Lonjakan penjualan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mulai menerima kendaraan listrik sebagai alternatif praktis dan ekonomis, seiring meningkatnya ketersediaan model yang lebih ramah kantong.

Harga Kompetitif dan Insentif Dorong Pertumbuhan

Masuknya berbagai merek baru secara agresif membuat peta persaingan mobil listrik semakin dinamis. Menurut Yannes, kondisi ini menguntungkan konsumen karena pilihan kendaraan semakin beragam, bahkan bagi mereka dengan anggaran terbatas.

Namun, persaingan ketat ini juga memicu potensi perang harga antar Agen Pemegang Merek (APM), yang dapat menekan margin keuntungan dan memengaruhi keberlanjutan bisnis jangka panjang. 

“Yang mampu bertahan bukan hanya yang murah, tetapi yang membangun ekosistem kuat, produksi lokal, dan kontribusi nyata bagi pertumbuhan industri riil di dalam negeri,” tambah Yannes.

Tantangan Infrastruktur dan Persaingan Merek Baru

Seiring dengan pertumbuhan pasar, tantangan utama masih berada pada ketersediaan infrastruktur pengisian kendaraan listrik. Yannes menekankan, percepatan pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) harus menjadi prioritas, khususnya di wilayah luar kota besar.

Selain itu, insentif fiskal sebaiknya diberikan secara selektif, hanya untuk merek yang mendukung rantai pasok lokal dan industri suku cadang domestik. Sinergi antar kementerian juga dianggap penting agar regulasi tidak tumpang tindih, mendukung pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik yang berkelanjutan.

Strategi APM dan Pemerintah Kunci Ekosistem

Menurut Yannes, kesuksesan pasar mobil listrik Indonesia tidak hanya bergantung pada harga atau promosi, tetapi juga pada strategi ekosistem yang komprehensif. Hal ini meliputi:

Perluasan infrastruktur SPKLU untuk memastikan kenyamanan pengguna.

Insentif fiskal yang diarahkan pada produsen yang membangun industri lokal.

Kolaborasi lintas kementerian agar regulasi selaras dan mendukung pertumbuhan industri.

Memperkuat ekonomi makro untuk mendorong daya beli masyarakat terhadap kendaraan listrik.

Dengan kondisi pasar yang semakin kompetitif, APM yang mampu menggabungkan harga terjangkau, kualitas layanan purnajual, dan kontribusi terhadap ekosistem lokal diprediksi akan menjadi pemain dominan di pasar BEV Indonesia.

Pertumbuhan pasar mobil listrik yang cepat dan kompetisi ketat ini menunjukkan potensi besar Indonesia sebagai salah satu pasar kendaraan listrik paling menjanjikan di Asia Tenggara, sekaligus mendorong transisi ke transportasi ramah lingkungan di tingkat nasional.

Terkini