Penjualan Baterai EV Melonjak, Konsumen Minati Mobil Listrik

Selasa, 11 November 2025 | 14:44:37 WIB
Penjualan Baterai EV Melonjak, Konsumen Minati Mobil Listrik

JAKARTA - Indonesia mulai menunjukkan perubahan signifikan dalam perilaku konsumen otomotif, di mana kendaraan listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV) semakin diminati meskipun pasar mobil konvensional sedang lesu. 

Berdasarkan catatan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), penjualan BEV melonjak hampir sembilan kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.

Head of Center Indef, Center of Food, Energy, and Sustainable Development, Abra Talattov, menyebut bahwa proyeksi 2025 memperkirakan penjualan BEV bisa mencapai 126.000 unit, setara dengan sekitar 10 persen dari total pasar otomotif nasional. 

Hal ini menandakan adanya pergeseran preferensi konsumen menuju kendaraan rendah emisi meskipun secara keseluruhan pasar mobil di Indonesia menurun dari 1,048 juta unit pada 2022 menjadi 866.000 unit pada 2024.

"Ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi konsumen ke arah kendaraan rendah emisi meskipun pasar otomotif secara keseluruhan sedang lesu," ungkap Abra dalam keterangannya.

Tren Kendaraan Listrik Dorong Permintaan BEV Meningkat

Lonjakan penjualan BEV menunjukkan bahwa konsumen semakin mempertimbangkan faktor efisiensi energi, emisi rendah, dan biaya operasional lebih hemat. 

Meskipun jumlah mobil listrik secara keseluruhan masih lebih kecil dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil, kenaikan signifikan pada baterai EV menandakan adanya optimisme pasar terhadap masa depan transportasi ramah lingkungan.

Kenaikan ini juga didorong oleh model-model BEV yang semakin variatif dan daya jangkau lebih panjang, sehingga mampu menarik segmen konsumen baru yang sebelumnya ragu untuk beralih dari kendaraan konvensional.

Pertumbuhan SPKLU dan Konsumsi Energi Pengisian EV

Selain penjualan kendaraan, ekosistem pendukung EV juga mencatat perkembangan pesat. Menurut Indef, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) tumbuh signifikan dari 1.081 unit pada 2023 menjadi 3.233 unit pada 2024.

Abra menjelaskan, dampak pertumbuhan SPKLU terlihat dari transaksi pengisian yang melonjak 3,4 kali lipat serta konsumsi energi listrik yang naik 3,7 kali lipat. 

Rata-rata energi per transaksi meningkat dari 20,6 kilowatt hour (kWh) pada 2023 menjadi 24,9 kWh pada 2025, yang menunjukkan jarak tempuh lebih jauh atau dominasi model BEV yang lebih besar.

"Meski demikian, distribusi SPKLU masih belum merata terutama di luar Jawa, dan lonjakan saat mudik menunjukkan perlunya penguatan jaringan di koridor utama," tambah Abra.

Tantangan Adopsi EV di Indonesia

Meskipun tren BEV meningkat, adopsi kendaraan listrik di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah harga awal kendaraan yang relatif tinggi, keterbatasan fasilitas pengisian di rumah, kekhawatiran konsumen terkait jarak tempuh, dan umur baterai. 

Selain itu, standar teknis dan ekosistem pendukung EV masih belum sepenuhnya matang.

Abra menekankan, “Artinya, meskipun kemajuan sudah terlihat nyata, adopsi massal EV masih membutuhkan strategi jangka panjang yang lebih komprehensif.”

Permasalahan ini menjadi perhatian industri otomotif dan pemerintah, karena keberhasilan transisi ke kendaraan listrik tidak hanya tergantung pada penjualan BEV, tetapi juga infrastruktur pendukung dan kesadaran masyarakat terhadap kendaraan rendah emisi.

Peran Regulasi dan Insentif Pemerintah

Pemerintah telah mengambil langkah strategis untuk mendorong adopsi EV melalui peraturan dan insentif fiskal. Saat ini, tarif kendaraan listrik diatur melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2023 dan Keputusan Menteri Nomor 182.K Tahun 2023.

Selain itu, pemerintah memberikan insentif berupa PPN yang ditanggung pemerintah, sehingga harga BEV menjadi lebih terjangkau bagi konsumen. Kebijakan ini diharapkan dapat memperluas penetrasi kendaraan listrik ke berbagai kalangan dan mendorong pertumbuhan industri EV domestik.

Langkah-langkah ini sejalan dengan upaya nasional untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, menurunkan emisi karbon, dan mendukung agenda ekonomi hijau yang mencakup penciptaan lapangan kerja baru di sektor energi bersih.

Kenaikan penjualan baterai EV hampir sembilan kali lipat menjadi bukti nyata pergeseran paradigma konsumsi otomotif di Indonesia. Pertumbuhan SPKLU, insentif pemerintah, serta inovasi model kendaraan listrik semakin memperkuat ekosistem EV di Tanah Air. 

Meski masih terdapat tantangan adopsi, optimisme pasar menunjukkan bahwa kendaraan listrik bukan sekadar tren, melainkan bagian dari strategi jangka panjang menuju transportasi berkelanjutan dan rendah emisi.

Terkini