JAKARTA - Tidak semua rasa mual dan muntah yang muncul berasal dari gangguan lambung.
Nyatanya, beberapa kasus gagal ginjal justru berawal dari keluhan yang mirip seperti maag, sehingga banyak orang keliru dalam menanganinya. Hal ini pula yang dialami oleh Grace Tanggu, seorang perempuan asal Bali yang awalnya mengira dirinya hanya mengalami gangguan pencernaan ringan.
Grace sempat merasakan mual dan muntah selama beberapa waktu. Ia pun mengonsumsi obat maag, berharap kondisinya segera membaik. Namun keluhan tak kunjung hilang. Ketika akhirnya memeriksakan diri ke dokter, hasil diagnosis menunjukkan sesuatu yang tak terduga — gagal ginjal stadium lanjut.
Kisah Grace bukanlah satu-satunya. Kasus seperti ini sering terjadi karena gejala gagal ginjal memang bisa menyerupai penyakit lain, termasuk gangguan lambung. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana kondisi ini bisa terjadi dan apa saja tanda-tandanya agar tidak terlambat mengenali penyakit serius tersebut.
Gejala Gagal Ginjal yang Sering Disalahartikan Sebagai Maag
Menurut dr. Nur Rasyid, Sp.U, dokter spesialis urologi, mual dan muntah memang bisa menjadi gejala umum yang dialami oleh pasien gagal ginjal. Namun, banyak orang menganggap keluhan tersebut sebagai gejala maag biasa dan memilih menanganinya dengan obat lambung tanpa pemeriksaan lebih lanjut.
“Karena apa? Di dalam tubuh ada yang namanya ureum yang harus dibuang ginjal,” jelas dr. Rasyid seperti dikutip dari detikHealth.
Ureum sendiri merupakan produk limbah hasil metabolisme protein. Dalam kondisi normal, zat ini akan disaring oleh ginjal lalu dikeluarkan melalui urine. Tetapi pada penderita gagal ginjal, proses penyaringan ini tidak berjalan sempurna. Akibatnya, ureum menumpuk dalam darah, dan kadar yang tinggi inilah yang menimbulkan rasa mual dan tidak nyaman di perut.
Pada tahap awal, kadar ureum biasanya masih rendah sehingga gejala terasa ringan — sekadar tidak enak di perut atau sering mual. Namun, seiring meningkatnya kadar ureum, gejala bisa semakin parah hingga membuat pasien muntah berulang kali. Inilah yang membuat banyak orang salah mengira gejala gagal ginjal sebagai gangguan lambung ringan.
Ketika Gagal Ginjal Mengintai di Usia Muda
Selama ini, banyak yang menganggap gagal ginjal hanya menyerang orang lanjut usia. Namun faktanya, tren medis menunjukkan peningkatan kasus gagal ginjal pada usia muda. Menurut dr. Rasyid, penyebab paling umum bukan hanya faktor genetik, tetapi gaya hidup modern yang tidak sehat.
Gagal ginjal terjadi ketika kedua ginjal tidak mampu menyaring limbah dan racun secara optimal. Akibatnya, zat berbahaya yang seharusnya dibuang malah menumpuk dan “meracuni” tubuh.
“Jangan terlalu banyak makan atau minum yang manis supaya enggak kena gula (diabetes), karena itu sumber utama kerusakan ginjal,” ujar dr. Rasyid menegaskan.
Selain diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), obesitas, serta kebiasaan kurang minum air putih juga menjadi faktor risiko utama. Di era serba cepat seperti sekarang, banyak anak muda yang melewatkan sarapan, jarang berolahraga, dan lebih sering mengonsumsi makanan tinggi gula dan garam — pola hidup yang perlahan tapi pasti merusak ginjal tanpa disadari.
Kenali Tanda-Tanda Awal Gagal Ginjal Sebelum Terlambat
Selain mual dan muntah, ada beberapa gejala lain yang perlu diwaspadai sebagai tanda awal gangguan ginjal. Pada tahap awal, tanda-tandanya mungkin tampak ringan, namun jika diabaikan bisa berkembang menjadi gagal ginjal kronis.
Berikut beberapa ciri yang sering muncul:
Nafsu makan menurun dan sering merasa mual tanpa sebab yang jelas.
Pembengkakan di kaki, pergelangan, atau wajah, akibat retensi cairan.
Perubahan frekuensi buang air kecil, baik menjadi lebih sering maupun lebih jarang.
Tubuh mudah lelah, bahkan setelah beristirahat cukup.
Kulit terasa gatal karena penumpukan racun yang tidak tersaring dengan baik.
Ketika gejala seperti ini muncul bersamaan, jangan langsung menganggapnya sebagai gangguan pencernaan atau kelelahan biasa. Pemeriksaan darah dan urine sederhana di laboratorium dapat membantu mendeteksi dini adanya masalah ginjal.
Dokter biasanya akan memeriksa kadar ureum dan kreatinin dalam darah, dua indikator penting untuk menilai sejauh mana fungsi ginjal masih berjalan dengan normal. Semakin cepat diagnosis dilakukan, semakin besar peluang untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut.
Menjaga Ginjal Sehat dengan Gaya Hidup Seimbang
Ginjal bekerja tanpa henti selama 24 jam sehari untuk menjaga keseimbangan tubuh. Maka, langkah terbaik untuk melindunginya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat dan disiplin.
Berikut beberapa anjuran dari dr. Rasyid dan para ahli:
Minum air putih yang cukup, minimal 2 liter per hari atau sesuai kebutuhan tubuh.
Kurangi konsumsi makanan tinggi gula dan garam, terutama minuman manis kemasan dan makanan cepat saji.
Tidur teratur dan hindari begadang yang bisa mengganggu metabolisme tubuh.
Rutin berolahraga ringan, seperti jalan kaki atau bersepeda, untuk menjaga sirkulasi darah tetap lancar.
Hindari kebiasaan mengonsumsi obat pereda nyeri tanpa resep dokter, karena penggunaan jangka panjang bisa memperberat kerja ginjal.
Dengan menerapkan kebiasaan sederhana ini, Anda dapat membantu ginjal tetap sehat dan mencegah risiko gagal ginjal sejak dini.
Jangan Anggap Remeh Mual dan Nyeri Perut
Mual dan muntah bukan selalu tanda maag. Dalam beberapa kasus, itu bisa menjadi alarm tubuh bahwa ginjal sedang bermasalah. Kasus seperti yang dialami Grace Tanggu menjadi pengingat bahwa tidak semua gejala lambung dapat diatasi dengan obat maag.
Jika keluhan mual, lemas, atau nyeri perut terjadi berulang tanpa sebab jelas, segera periksakan diri ke dokter. Pemeriksaan sederhana bisa menyelamatkan fungsi ginjal sebelum terlambat.
Karena menjaga kesehatan ginjal bukan hanya soal menghindari penyakit berat, tetapi juga tentang mendengarkan sinyal kecil dari tubuh sejak dini.