Investasi Emas Atau S&P 500, Mana Lebih Menguntungkan?

Senin, 10 November 2025 | 14:08:38 WIB
Investasi Emas Atau S&P 500, Mana Lebih Menguntungkan?

JAKARTA - Bayangkan Anda memiliki mesin waktu dan kembali ke 1 Januari 2000 dengan modal US$ 10.000, setara Rp 73 juta dengan kurs saat itu Rp 7.300. 

Pilihan investasi Anda: membeli emas batangan atau menaruh uang di pasar saham Amerika Serikat melalui indeks S&P 500 Total Return (TR).

Selama hampir 25 tahun, pergerakan kedua aset ini menunjukkan hasil yang mengejutkan. Investor emas unggul jauh dibanding investor S&P 500, baik dalam perhitungan Dolar maupun ketika dikonversi ke Rupiah.

Dalam mata uang Dolar AS, emas dengan modal US$ 10.000 tumbuh menjadi US$ 126.596,38, setara keuntungan 1.165%. Sementara S&P 500 TR hanya mencapai US$ 77.495,83 atau keuntungan 675%. Secara compounding (CAGR), emas memberikan imbal hasil 10,4% per tahun, sedangkan S&P 500 TR 8,3% per tahun.

Efek Kurs Rupiah: Jackpot Ganda Investor Indonesia

Bagi investor Indonesia, keuntungan emas dan saham meningkat drastis karena depresiasi Rupiah terhadap Dolar AS. Dengan kurs Oktober 2025 Rp 16.700 per Dolar, nilai pencairan kedua aset menjadi:

Emas: US$ 126.596,38 × Rp 16.700 = Rp 2,11 miliar
S&P 500 TR: US$ 77.495,83 × Rp 16.700 = Rp 1,29 miliar

Hasilnya jelas. Modal awal Rp 73 juta yang dibelikan emas 25 tahun lalu kini melonjak hampir 29 kali lipat, sementara S&P 500 TR hanya sekitar 17 kali lipat. Selisih akhir antara pemegang emas dan saham di Indonesia mencapai Rp 819 juta.

Simulasi ini menunjukkan emas sebagai aset safe haven tidak hanya melindungi nilai, tetapi juga mampu memberikan keuntungan luar biasa ketika dikombinasikan dengan keuntungan kurs Rupiah.

Emas Tangguh Saat Krisis, Saham Sering Terpukul

Kinerja emas superior disebabkan resiliensi terhadap krisis global. Sementara S&P 500 mengalami tiga periode drawdown besar:

Pecahnya gelembung dot-com (2001-2002)

Krisis finansial global (2008-2009)

Gejolak inflasi & perang suku bunga (2022)

Ketiga peristiwa ini menunda efek compounding saham, membuat pertumbuhan jangka panjang lebih lambat. Sebaliknya, emas justru menguat saat pasar saham terguncang. Faktor yang mendorong emas: lonjakan inflasi, ketidakpastian kebijakan, volatilitas mata uang, dan pembelian besar oleh bank sentral global.

Pelajaran untuk Investor Indonesia

Data ini menggarisbawahi dua pelajaran penting:

Diversifikasi penting, tetapi emas sebagai aset safe haven tetap krusial. Saat saham mengalami volatilitas ekstrem, emas bisa menjadi pelindung nilai.

Investasi dalam hard currency dan emas merupakan strategi lindung nilai yang efektif terhadap pelemahan Rupiah jangka panjang, sambil tetap menghasilkan keuntungan dari apresiasi aset.

Bagi investor yang berfokus pada pertumbuhan jangka panjang dan perlindungan nilai mata uang, memadukan emas dan instrumen global seperti S&P 500 bisa menjadi strategi optimal. Dengan begitu, risiko teredam, sementara potensi keuntungan tetap maksimal.

Terkini