Menbud Dorong Budaya Sebagai Bahasa Utama Perdamaian Dunia

Senin, 10 November 2025 | 12:49:04 WIB
Menbud Dorong Budaya Sebagai Bahasa Utama Perdamaian Dunia

JAKARTA - Kementerian Kebudayaan RI membuka rangkaian Forum Perdamaian Dunia ke-9 (The 9th World Peace Forum/WPF) dengan jamuan makan malam multikultural bertajuk “Harmony in Culture: Embracing Diversity, Celebrating Unity” di Galeri Nasional, Jakarta, kemarin. 

Acara ini menghadirkan berbagai tokoh internasional dan nasional, menekankan pentingnya budaya sebagai sarana perdamaian lintas bangsa.

Dalam pidatonya, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menegaskan bahwa budaya bukan sekadar warisan, melainkan bahasa yang mampu menyampaikan nilai kemanusiaan, empati, dan saling pengertian. 

"Tema malam ini, Harmony in Culture: Embracing Diversity, Celebrating Unity, mengingatkan kita bahwa perdamaian harus ditumbuhkan. Ia tidak hadir begitu saja, melainkan tumbuh melalui dialog, saling menghargai, dan keberanian untuk memahami satu sama lain," ujarnya.

Nilai Wasatiyyat Islam dan Filsafat Tionghoa Untuk Kolaborasi Global

Fadli Zon juga menyoroti tema besar forum dwitahunan ini, “Considering Wasatiyyat Islam and Tionghua for Global Collaboration”, yang menekankan pentingnya nilai moderasi, keseimbangan, dan toleransi dalam tradisi Islam. 

Nilai-nilai ini sejalan dengan falsafah Tionghoa seperti He, Ren, dan Li, yang menekankan harmoni, kebajikan, dan penghormatan moral.

"Kesatuan bukan berarti tanpa perbedaan. Justru kebijaksanaan terletak pada kemampuan kita menumbuhkan pengertian di tengah keberagaman," tegas Fadli. Ia menambahkan, "Budaya harus menjadi sistem operasi perdamaian, bahasa utama yang menerjemahkan keyakinan menjadi empati dan identitas menjadi saling pengertian."

Pesan ini menekankan bahwa dialog dan kerja sama lintas budaya dapat menjadi fondasi perdamaian yang berkelanjutan. Melalui jamuan multikultural ini, Kementerian Kebudayaan berharap tercipta perjumpaan antarkebudayaan yang menumbuhkan saling memahami dan kolaborasi konkret.

Pesan Tokoh Internasional dan Nasional

Jamuan ini dihadiri oleh berbagai tokoh dari lebih 24 negara, termasuk Ketua WPF sekaligus Chairman CDCC, Din Syamsuddin; Presiden ke-4 Republik Kosovo, Madame Atifete Jahjaga; Pendiri Cheng Ho Multicultural Education Trust, Tan Sri Lee Kim Yew; serta penasihat Al-Azhar Mesir, Abbas Shuman dan Nahla Shabri Elsiedy.

Din Syamsuddin menekankan bahwa perdamaian dunia membutuhkan tanggung jawab kolektif. "Perdamaian dunia hanya dapat terwujud jika kita menjadikannya sebagai tanggung jawab bersama, One Humanity, One Destiny, One Responsibility, sebuah tema besar yang selalu menjadi napas forum ini," katanya.

Sementara itu, Tan Sri Lee Kim Yew memuji peran Indonesia sebagai ‘jantung Asia’ yang menunjukkan keindahan persatuan dalam keberagaman. "Kebudayaan bukan hanya warisan, tetapi bahasa hidup dari perdamaian, jembatan antara bangsa dan hati manusia," ujar Lee Kim Yew.

Acara ini menjadi forum penting untuk memperkuat kerja sama lintas bangsa, lintas agama, dan lintas budaya, sekaligus menegaskan bahwa perdamaian bisa dibangun melalui interaksi budaya, tidak hanya diplomasi formal.

Forum Perdamaian Dunia: Kolaborasi Nyata Antarkebudayaan

WPF ke-9 digagas oleh Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) bekerja sama dengan Cheng Ho Multicultural Education Trust (Malaysia), Muhammadiyah, dan Global Fulcrum of Wasatiyyat Islam (GFWI). 

Kegiatan utama akan berlangsung di Hotel Grand Sahid Jaya, Kompleks Parlemen MPR/DPR Senayan, dan ditutup di Balai Kota DKI Jakarta.

Forum ini diikuti oleh lebih dari 60 tokoh internasional dan 110 tokoh nasional Indonesia, termasuk pemimpin lintas iman, akademisi, dan aktivis perdamaian. 

Dengan menghadirkan jamuan multikultural di pembuka forum, Kementerian Kebudayaan ingin menunjukkan bahwa dialog budaya merupakan jembatan yang dapat menumbuhkan rasa saling memahami, membangun persahabatan, dan mendorong kolaborasi nyata.

Menteri Kebudayaan didampingi oleh sejumlah pejabat tinggi, termasuk Inspektur Jenderal Kementerian Kebudayaan, Fryda Lucyana; Direktur Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan

Endah T.D. Retnoastuti; Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Restu Gunawan; serta staf ahli dan staf khusus menteri di berbagai bidang. Kehadiran mereka menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong perdamaian melalui budaya.

Jamuan Harmony in Culture menjadi simbol nyata bagaimana budaya bisa menjadi bahasa perdamaian. Nilai-nilai moderasi, keseimbangan, dan harmoni dari berbagai tradisi budaya dipresentasikan sebagai dasar membangun dunia yang damai, berkeadilan, dan saling menghargai. 

Forum ini bukan hanya ajang pertemuan tokoh dunia, tetapi juga wujud nyata bagaimana interaksi budaya dan kebijakan dapat bersinergi membentuk perdamaian global.

Terkini