JAKARTA - Harga minyak mentah dunia mencatat kenaikan lebih dari 2 persen pada Jumat, terdorong kekhawatiran gangguan pasokan akibat penutupan ekspor Rusia.
Pelabuhan Novorossiysk, salah satu pusat energi utama, menghentikan aktivitas setelah diserang drone Ukraina.
Harga Brent naik USD 1,38 atau 2,19 persen menjadi USD 64,39 per barel, sementara WTI naik USD 1,40 atau 2,39 persen menjadi USD 60,09 per barel. Lonjakan ini menjadi sorotan pasar global di tengah ketidakpastian geopolitik.
Batu Bara Turut Menguat
Selain minyak, harga batu bara juga mengalami kenaikan. Kontrak pengiriman Desember 2025 di bursa ICE Newcastle naik 1,17 persen menjadi USD 102,80 per ton. Kenaikan ini terjadi di tengah permintaan energi yang stabil, meski sebagian besar komoditas lainnya turun.
Kenaikan harga batu bara menegaskan adanya efek penguatan pasar energi secara umum, terkait kekhawatiran pasokan global, terutama dari kawasan strategis seperti Rusia.
Komoditas Lain Mengalami Tekanan
Sementara itu, mayoritas komoditas mencatatkan penurunan. Crude Palm Oil (CPO) turun tipis 0,02 persen menjadi MYR 4.125 per ton, sedangkan nikel melemah 0,60 persen menjadi USD 14.891 per ton. Timah juga turun 1,20 persen ke level USD 36.787 per ton.
Tekanan ini terjadi karena pasokan relatif stabil dan tidak ada gangguan signifikan seperti yang terjadi di sektor minyak, sehingga investor cenderung memindahkan fokus ke aset energi.
Implikasi Pasar dan Prospek
Kenaikan minyak mentah menjadi perhatian bagi industri dan konsumen global, terutama bagi negara pengimpor energi. Gangguan ekspor Rusia bisa memicu volatilitas harga jangka pendek, sementara batu bara tetap mendapat dorongan permintaan.
Investor diperkirakan akan terus memantau perkembangan geopolitik dan pengaruhnya terhadap pasokan energi, karena setiap eskalasi lebih lanjut di pelabuhan Rusia dapat mendorong harga minyak lebih tinggi dan menimbulkan efek domino pada pasar energi lainnya.