Miss Universe

Kontroversi Miss Universe 2025: Klarifikasi Tatapan Miss Israel

Kontroversi Miss Universe 2025: Klarifikasi Tatapan Miss Israel
Kontroversi Miss Universe 2025: Klarifikasi Tatapan Miss Israel

JAKARTA - Sebuah rekaman dari ajang Miss Universe 2025 di Thailand menjadi viral dan memicu kontroversi setelah beberapa penonton menilai bahwa Miss Israel, Melanie Shiraz, menatap Miss Palestina, Nadeen Ayoub, dengan sinis.

Insiden ini cepat menjadi perdebatan di media sosial, mencerminkan ketegangan politik yang lebih luas di luar panggung kontes kecantikan.

Kamis, kontroversi bermula dari cuplikan video yang diambil selama acara pada Minggu malam, 9 November 2025. Dalam rekaman tersebut, Shiraz terlihat menolehkan kepalanya sejenak ke arah Ayoub, yang ditafsirkan beberapa warganet sebagai “tatapan kotor” atau ekspresi permusuhan.

Video ini menyebar luas, dan halaman media sosial Shiraz dibanjiri kritik. Beberapa pengguna menuduhnya “cemburu” terhadap Miss Palestina, sementara diskusi online berkembang menjadi perdebatan sengit mengenai siapa yang “lebih cantik”.

Klarifikasi Miss Israel dan Latar Belakang Gelar

Menanggapi tuduhan tersebut, Shiraz menegaskan bahwa ia tidak menatap sinis Miss Ayoub. Dalam tangkapan layar komentar Instagram yang dikutip Times of Israel, Shiraz menulis:

"Sangat jelas bahwa saya hanya melihat ke arah kontestan lain ketika mereka naik ke panggung. Menambahkan bahasa dramatis pada momen biasa, terutama ketika itu salah merepresentasikan orang, tidak mempromosikan kebaikan atau keadilan. 

Saya harap Anda akan mempertimbangkan kembali di masa depan sebelum memilih viralitas dengan mengorbankan orang lain."

Shiraz, seorang pengusaha, dinobatkan sebagai Miss Israel pada Juli 2025 di Miami, Florida. Ia menyatakan kepada Jerusalem Post:

"Saya ingin menunjukkan kepada orang-orang, baik di dalam maupun di luar Israel, bahwa gelar ini dapat menjadi kekuatan untuk koneksi, untuk pemahaman, dan untuk perubahan positif. Ini jauh lebih dari sekadar kecantikan, ini tentang membuat orang-orang kita bangga dengan membela sesuatu yang berarti."

Namun, reaksi keras terhadap Shiraz terjadi di tengah kritik internasional terhadap aksi Israel di Gaza. Ia kerap menerima komentar bernada negatif di Instagram, termasuk sebutan “Miss Genocide” dan slogan “Free Palestine”.

Peran Sejarah Nadeen Ayoub dalam Kontes

Sementara itu, partisipasi Nadeen Ayoub bernilai sejarah karena menjadi perwakilan pertama Palestina di Miss Universe. Setelah pengumuman keikutsertaannya, Ayoub menekankan misi dan makna kehadirannya di panggung global melalui unggahan Instagram:

"Hari ini, saya melangkah ke panggung Miss Universe bukan hanya dengan sebuah gelar tetapi dengan sebuah kebenaran... Saya mewakili setiap wanita dan anak Palestina yang kekuatannya perlu dilihat dunia. 

Kami lebih dari sekadar penderitaan kami, kami adalah ketahanan, harapan, dan detak jantung tanah air yang terus hidup melalui kami."

Ayoub, yang kini tinggal antara Dubai dan Ramallah di Tepi Barat, memberikan konteks mengenai absennya Palestina di ajang sebelumnya. Dalam wawancara dengan The National di Uni Emirat Arab, ia menjelaskan bahwa kekosongan ini terjadi karena situasi sulit di tanah airnya:

"Belum ada lagi Miss Palestina sejak 2022, karena genosida."

Keikutsertaannya menjadi simbol ketahanan dan keberanian, sekaligus mengangkat isu sosial-politik di panggung dunia tanpa mengurangi esensi kontes kecantikan itu sendiri.

Kontroversi yang Lebih Luas di Miss Universe 2025

Insiden tatapan sinis ini menambah daftar drama yang terjadi di Miss Universe 2025. Sebelumnya, Miss Meksiko Fatima Bosch memutuskan walk out ditemani Miss Universe 2024 Victoria Kjaer, setelah dianggap mendapat komentar merendahkan dari Direktur Nasional Miss Universe Thailand, Nawat Itsaragrisil.

Keikutsertaan Ayoub dan kontroversi dengan Shiraz menunjukkan bagaimana kompetisi kecantikan internasional bisa menjadi cermin ketegangan politik, budaya, dan sosial yang lebih besar. 

Meskipun demikian, keduanya tetap menjalani peran mereka sebagai ratu kecantikan dengan membawa pesan masing-masing: Shiraz menekankan pemahaman dan koneksi, sementara Ayoub menekankan ketahanan dan identitas nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index