JAKARTA - Sebagai negara dengan pertumbuhan kendaraan listrik tercepat di dunia, China mulai menaruh perhatian besar pada aspek keselamatan dari teknologi otomotif yang semakin canggih dan bertenaga.
Pemerintah melalui Kementerian Keamanan Publik kini merumuskan standar keselamatan nasional yang diperbarui, dengan fokus membatasi akselerasi kendaraan listrik demi meminimalkan risiko yang muncul dari performa tinggi.
Usulan regulasi ini bukan untuk menghambat inovasi, tetapi memberikan kerangka pengamanan agar perkembangan teknologi kendaraan sejalan dengan keselamatan publik.
Rancangan peraturan tersebut, yang diberi judul Ketentuan Teknis Keselamatan Operasional Kendaraan Bermotor, memuat sejumlah ketentuan baru yang ditujukan untuk seluruh kendaraan bermotor, termasuk segmen kendaraan listrik (EV) dan hibrida plug-in yang semakin populer.
Regulasi ini tengah memasuki masa permintaan komentar publik, sebelum nantinya ditetapkan sebagai standar nasional.
Standar Akselerasi Baru untuk Kendaraan Penumpang
Salah satu poin yang paling mencuri perhatian adalah pembatasan akselerasi kendaraan penumpang. Dalam draf tersebut, diusulkan bahwa kendaraan harus dikalibrasi sehingga waktu akselerasi 0 hingga 100 km/jam memerlukan paling sedikit 5 detik.
Penentuan batas minimal ini bertujuan menekan risiko kecelakaan akibat akselerasi berlebihan yang dapat memicu hilangnya kendali, terutama pada pengemudi yang belum terbiasa dengan performa tinggi kendaraan listrik modern.
Ketentuan ini menjadi krusial karena banyak model EV asal China kini mampu berakselerasi di bawah 3 detik dari kondisi diam ke 100 km/jam—kecepatan yang sebelumnya hanya dimiliki supercar. Dengan performa secepat itu, potensi kecelakaan akibat kesalahan pijak pedal atau miskalkulasi pengemudi meningkat signifikan.
Untuk kendaraan listrik dan hibrida plug-in, rancangan ini juga menetapkan bahwa mobil harus dilengkapi teknologi peredam kesalahan penggunaan pedal. Sistem ini dirancang untuk mendeteksi dan secara otomatis membatasi keluaran daya ketika kendaraan dalam kondisi diam atau melaju pelan.
Selain itu, peringatan audio dan visual wajib ditampilkan jelas kepada pengemudi untuk mencegah akselerasi yang tidak disengaja.
Sistem Pemutusan Daya Otomatis dan Proteksi Baterai
Tidak hanya soal akselerasi, rancangan regulasi juga menyentuh aspek keselamatan struktural dan baterai kendaraan listrik. Salah satu syarat penting adalah keharusan bagi EV dan hibrida plug-in untuk memiliki sistem otomatis yang mampu memutus sirkuit daya dalam kondisi tertentu yang berpotensi membahayakan.
Pemutusan daya otomatis harus terjadi ketika kendaraan mengalami perubahan kecepatan ekstrem—minimal 25 km/jam dalam waktu 150 milidetik—baik secara longitudinal maupun lateral.
Ketentuan ini juga berlaku bila perangkat penahan yang tidak dapat diubah, seperti airbag, mengembang. Dengan demikian, risiko kebakaran atau korsleting yang dapat timbul setelah benturan dapat ditekan.
Fitur keselamatan baterai juga dijabarkan secara mendalam. Kementerian mewajibkan kendaraan listrik memiliki sistem pemantauan sel baterai yang mampu mendeteksi, merekam, dan memberikan peringatan dini terhadap kondisi abnormal.
Ketika terdeteksi potensi masalah termal, seperti peningkatan suhu yang dapat memicu kebakaran, kendaraan harus memunculkan peringatan melalui sinyal visual dan audio yang jelas agar penumpang dapat segera mengambil tindakan.
Secara struktural, baterai kendaraan listrik harus dilengkapi mekanisme pelepas tekanan terarah dan perangkat penyeimbang tekanan internal. Jalur pelepas tekanan wajib dirancang sedemikian rupa sehingga energi pelepasan tidak membahayakan penumpang di dalam kabin.
Ini menjadi salah satu upaya penting untuk mencegah insiden ledakan baterai yang pernah terjadi pada sejumlah kasus.
Untuk bus listrik dan hibrida plug-in yang panjangnya di atas 6 meter, standar keselamatan diperketat. Kompartemen baterai pada kendaraan besar tersebut diwajibkan tidak boleh terbakar atau meledak setidaknya 5 menit setelah alarm dini baterai berbunyi.
Waktu tunda ini dirancang agar penumpang memiliki waktu yang cukup untuk mengungsi secara aman dari kendaraan.
Verifikasi Pengemudi untuk Kendaraan Berfitur Bantuan Mengemudi
Rancangan undang-undang ini juga menyoroti teknologi bantuan pengemudi yang semakin banyak digunakan dalam kendaraan modern.
Standar baru mengharuskan kendaraan yang dilengkapi sistem bantuan pengemudi atau driver assistance system untuk memverifikasi bahwa pengemudi telah menyelesaikan pelatihan yang sesuai sebelum fitur tersebut dapat digunakan.
Verifikasi dilakukan melalui pengenalan biometrik atau login akun, memastikan bahwa hanya pengemudi terlatih yang dapat mengoperasikan fitur tersebut. Langkah ini sejalan dengan maraknya penggunaan sistem bantuan mengemudi tingkat lanjut yang, bila tidak digunakan dengan benar, dapat meningkatkan risiko kecelakaan.
Untuk sistem bantuan mengemudi kombinasi, ketika fitur tersebut diaktifkan pada kecepatan di atas 10 km/jam, kendaraan wajib terus memantau kondisi pengemudi. Pemantauan ini penting untuk memastikan pengemudi tetap responsif dan tidak sepenuhnya bergantung pada sistem otomatis.
Fokus Regulasi: Teknologi Tinggi, Risiko Tinggi
Regulasi baru yang tengah dirancang pemerintah China mencerminkan kesadaran bahwa teknologi kendaraan listrik yang semakin cepat dan canggih membawa tantangan keselamatan baru. Dari akselerasi ekstrem, risiko kesalahan pedal, hingga potensi kegagalan baterai, semua aspek ini ditangani melalui standar keselamatan yang komprehensif.
Dengan pendekatan ini, China ingin memastikan bahwa inovasi otomotif dapat terus berkembang, tetapi tidak mengorbankan keselamatan publik. Langkah ini sekaligus menciptakan model regulasi yang berpotensi menjadi rujukan bagi negara lain yang tengah menghadapi pertumbuhan cepat kendaraan listrik.