JAKARTA - Perubahan besar tampaknya menjadi kata kunci di Juventus sejak kedatangan Luciano Spalletti.
Alih-alih melanjutkan pola permainan warisan pelatih sebelumnya, Spalletti perlahan membangun fondasi baru yang menekankan kontrol permainan, kecepatan berpikir, dan kreativitas dari lini ke lini.
Meski awalnya masih mempertahankan struktur 3-4-2-1 milik Igor Tudor, arah permainan Bianconeri mulai menunjukkan tanda-tanda reformasi taktik yang lebih berani.
Spalletti dikenal sebagai pelatih dengan pendekatan proaktif—yang ingin timnya mendikte jalannya laga, bukan sekadar merespons permainan lawan.
Karena itu, perubahan formasi menuju 4-3-3 dianggap sebagai bagian dari rencana jangka panjang untuk mengembalikan identitas Juventus sebagai tim besar dengan gaya main yang modern.
Transformasi ini tidak hanya soal susunan pemain, tetapi juga perubahan mentalitas. Termasuk cara para pemain bergerak, berpikir, dan mengeksekusi permainan di lapangan.
Jeda internasional yang berlangsung baru-baru ini dimanfaatkan Spalletti untuk mengenal lebih dekat para pemain yang tetap berlatih di Continassa. Ia mendengarkan masukan mereka sebelum menentukan model permainan baru—sebuah pendekatan yang mencerminkan ciri khasnya: membangun tim berdasarkan pemahaman kolektif.
Spalletti dan Arah Baru Permainan Juventus
Perubahan yang ingin diterapkan Spalletti bukan sekadar pergantian formasi. Ia menargetkan Juventus tampil dominan dalam setiap fase permainan, terutama penguasaan bola.
Dalam beberapa musim terakhir, Juventus sering dikritik karena permainan yang lamban dan minim kreativitas. Bola berpindah terlalu lama dari satu sisi ke sisi lain, membuat pengembangan serangan menjadi mudah terbaca oleh lawan.
Menurut laporan Tuttosport, Spalletti menilai fase build-up tim selama ini terlalu statis. Ia ingin para pemain bergerak lebih agresif, melakukan rotasi posisi, dan mempercepat aliran bola. Karena itu, sejumlah sesi latihan kini didominasi rondo—latihan penguasaan bola yang menuntut operan cepat dan satu sentuhan.
Latihan ini bukan hanya untuk meningkatkan kualitas umpan, tetapi juga pola pikir. Juventus harus bisa “berpikir lebih cepat dan bermain lebih cepat,” pesan yang dipercaya menjadi inti dari proses transformasi ini.
Pelatih berusia 66 tahun tersebut juga ingin melihat tim memaksimalkan potensi kecepatan yang dimiliki para pemainnya. Juventus selama ini memiliki para pemain dengan mobilitas tinggi, tetapi belum sepenuhnya mampu menghubungkan kualitas individu ini dengan pola permainan yang lebih terstruktur.
Potensi Formasi 4-3-3 dalam Visi Spalletti
Peralihan menuju formasi 4-3-3 menjadi topik besar di kalangan pendukung Juventus. Formasi ini dianggap paling cocok dengan gaya menyerang dan dominasi bola yang identik dengan filosofi Spalletti.
Sejak memimpin AS Roma hingga membawa Napoli meraih scudetto, Spalletti dikenal mampu mengembangkan permainan dengan struktur yang cair namun terorganisasi.
Dengan 4-3-3, lini tengah Juventus diproyeksikan lebih seimbang: satu gelandang bertahan yang mengatur tempo, satu gelandang box-to-box, dan satu gelandang kreatif yang menyokong lini depan.
Di sisi lain, sistem ini juga membuka peluang bagi pemain depan seperti Dusan Vlahovic, Kenan Yildiz, atau Federico Chiesa untuk tampil lebih eksplosif berkat ruang yang lebih terbuka di sayap.
Meski demikian, Spalletti tidak terburu-buru menerapkannya. Ia memahami bahwa perubahan drastis tanpa proses adaptasi justru akan memancing inkonsistensi baru. Oleh karena itu, transisi menuju formasi 4-3-3 berjalan bertahap, dimulai dari memperbaiki mindset permainan melalui penguasaan bola.
Harapan Baru di Tengah Perjalanan Panjang
Di tengah dinamika perubahan ini, satu hal yang pasti: Juventus sedang berada dalam fase rekonstruksi yang membutuhkan waktu. Para pemain perlu menyesuaikan diri dengan tuntutan taktik yang lebih kompleks. Pergerakan, struktur, dan respon cepat terhadap tekanan menjadi elemen yang terus diasah dalam setiap sesi latihan.
Meski proses ini tidak menjamin hasil instan, tanda-tanda positif sudah mulai terlihat. Para pemain seperti Vlahovic, Yildiz, dan Khephren Thuram diprediksi akan mendapatkan peran besar dalam sistem yang lebih agresif ini.
Jika transformasi berjalan sesuai visi pelatih, Juventus akan semakin mendekati bentuk idealnya: tim yang dominan, matang secara taktik, dan mampu mengontrol pertandingan di berbagai situasi.
Langkah Spalletti membuka peluang besar bagi Bianconeri untuk keluar dari siklus permainan yang stagnan. Dengan modernisasi taktik, peningkatan intensitas, dan formasi yang lebih dinamis, Juventus tampaknya tengah memulai babak baru dalam upayanya kembali ke puncak sepak bola Italia dan Eropa.