JAKARTA - Juventus kembali menghadapi sorotan tajam setelah hasil imbang tanpa gol melawan Torino dalam lanjutan Serie A 2025/2026.
Kinerja tim, terutama di lini serang, dinilai belum menunjukkan kualitas yang diharapkan publik maupun pengamat sepak bola. Mantan striker Italia, Paolo Di Canio, menjadi salah satu suara paling vokal dalam memberikan kritik terhadap performa beberapa pemain kunci.
Laga Derby della Mole akhir pekan lalu berakhir tanpa pemenang. Juventus gagal memanfaatkan sejumlah peluang matang dan kembali menunjukkan keterbatasan teknis di lini depan. Kekecewaan pun muncul karena pasukan Bianconeri terlihat bermain tanpa ide yang jelas, meski beberapa pemain berusaha menembus pertahanan lawan.
Derby della Mole Tanpa Gol, Juventus Kehilangan Momentum
Derby Torino selalu menjadi ujian penting bagi Juventus. Namun dalam pertandingan terakhir, tim asuhan Luciano Spalletti gagal mencetak gol. Baik strategi maupun eksekusi di lapangan tampak belum maksimal. Di Canio menyoroti bahwa absennya ketajaman dan kreativitas membuat tim kehilangan momentum di laga-laga penting Serie A.
Menurut Di Canio, performa lini tengah dan sayap Juventus membutuhkan evaluasi mendalam. Meskipun beberapa pemain berusaha menembus pertahanan Torino, penyelesaian akhir yang kurang efisien menjadi masalah utama.
Di Canio Soroti Kinerja Conceicao dan McKennie
Mantan penyerang West Ham United itu secara khusus menyoroti performa Francisco Conceicao dan Weston McKennie. Conceicao, menurut Di Canio, terlalu sering kehilangan bola dan belum mampu memaksimalkan peluang yang tercipta.
“Semua terlihat bagus, tetapi ketika Spalletti berbicara soal pra-assist—umpan yang membuka ruang bagi pembuat assist—dua langkah itu masih hilang,” ujar Di Canio dalam acara Sky Calcio Club. Ia menambahkan, “Conceicao kehilangan bola empat kali.
Anda boleh membuang banyak peluang, tetapi kemudian harus mencetak gol. Jika Anda membuat gol atau assist, saya bisa menerima, tetapi jika Anda kehilangan tujuh atau delapan bola dan merusak peluang, tim akan kehilangan kepercayaan diri.”
Selain Conceicao, Di Canio juga menyoroti McKennie yang dianggap belum menunjukkan kualitas teknis yang memadai. Gelandang asal Amerika Serikat itu disebut sering kehilangan kontrol bola di momen penting. Di Canio menilai hal ini sebagai simbol dari menurunnya standar teknis tim secara keseluruhan.
“Yildiz juga mencoba menciptakan peluang. Saat ia mendapat ruang, ia bisa membuat kekacauan dengan aksinya. Namun, McKennie mengontrol bola dengan tulang keringnya. Jadi, kualitas seperti apa yang sedang kita bicarakan?” kata Di Canio.
Perubahan Posisi Koopmeiners Jadi Sorotan
Selain kritik terhadap pemain, Di Canio juga menyoroti keputusan pelatih Luciano Spalletti yang memindahkan Teun Koopmeiners dari posisi asli menjadi bek. Menurutnya, langkah tersebut tampak aneh dan menunjukkan ketidakjelasan dalam memaksimalkan potensi pemain.
Di Canio menekankan bahwa ketika klub membeli pemain untuk peran tertentu, seharusnya potensi itu dioptimalkan sesuai kebutuhan tim, bukan diubah secara drastis. Keputusan seperti ini, kata Di Canio, justru menimbulkan kebingungan dan menunjukkan arah permainan yang belum jelas.
“Jika Anda membeli produk untuk digunakan dengan tujuan tertentu, Anda membayar mahal untuk itu. Dan jika tidak berhasil, daripada menyingkirkannya, cobalah untuk menggunakannya secara berbeda,” tegasnya.
Tantangan Juventus Memaksimalkan Potensi Pemain
Kritik Di Canio menegaskan bahwa Juventus tengah menghadapi tantangan serius dalam memaksimalkan kualitas skuad. Para pemain muda, seperti Conceicao, diharapkan bisa berkembang menjadi tulang punggung tim, sementara pemain berpengalaman, termasuk McKennie dan Koopmeiners, perlu dikelola secara lebih strategis.
Dengan hasil imbang melawan Torino, Juventus perlu mengevaluasi strategi menyerang dan peran setiap pemain agar bisa kembali bersaing di papan atas Serie A. Konsistensi performa, penyelesaian akhir, dan pengaturan posisi yang tepat menjadi kunci untuk mengembalikan Bianconeri ke performa terbaik.
Meski kritik pedas mengemuka, Juventus tetap memiliki potensi besar untuk bangkit. Kombinasi pengalaman pemain senior, talenta muda, dan kepemimpinan Spalletti dapat menjadi modal untuk menatap laga-laga berikutnya dengan lebih optimis.