Insentif Baru Mobil Listrik Didorong untuk Pulihkan Industri Otomotif

Jumat, 14 November 2025 | 11:04:19 WIB
Insentif Baru Mobil Listrik Didorong untuk Pulihkan Industri Otomotif

JAKARTA - Kementerian Perindustrian kembali menaruh perhatian besar pada upaya pemulihan industri otomotif nasional yang hingga kini belum sepenuhnya bangkit dari tekanan pandemi. 

Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan bahwa tahun depan pemerintah perlu menghadirkan insentif baru, termasuk untuk kendaraan listrik, agar pasar otomotif bisa kembali bergerak. 

Ia menyampaikan bahwa Kemenperin tengah merancang formula kebijakan yang akan diajukan langsung kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.

Dalam pandangan Agus, pengalaman saat pandemi Covid-19 menjadi bukti bahwa stimulus merupakan alat paling efektif untuk menghidupkan kembali sektor otomotif. Berangkat dari pelajaran tersebut, Kemenperin kini kembali menyiapkan usulan insentif untuk mengakselerasi pemulihan industri yang tengah melambat. 

Kendati demikian, Agus belum merinci bentuk insentif yang dimaksud, karena masih dalam tahap perumusan internal.

“Kemenperin sedang dalam proses merumuskan kebijakan insentif stimulus untuk sektor otomotif yang nanti akan diajukan ke menko ekonomi (Airlangga),” kata Agus dalam diskusi bersama media di kantornya.

Industri Otomotif Dinilai Terlalu Penting untuk Dibiarkan Lesu

Agus menegaskan bahwa sektor otomotif memiliki kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Industri ini tidak hanya menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, tetapi juga membuka banyak lapangan kerja baru pada rantai pasok komponen, logistik, hingga layanan purna jual. 

Karena itulah, ia menilai pemerintah harus memberikan perhatian khusus agar industri ini tidak terus bergerak melambat.

“Kita harapkan mereka mendapat perhatian karena mereka melindungi tenaga kerja dan menciptakan lapangan kerja baru. Jadi harus ada perhatian khusus, paling tidak ada kebijakan fiskal 2026 agar supaya sektor otomotif bisa rebound jauh lebih cepat,” jelasnya.

Kondisi pasar saat ini memang menunjukkan tren yang kurang menggembirakan. Berdasarkan laporan Gaikindo, penjualan mobil wholesales periode Januari–September 2025 hanya mencapai 561.825 unit. Angka ini turun 11,3 persen dari realisasi periode yang sama pada 2024 yaitu 633.660 unit. 

Merosotnya penjualan tersebut menjadi salah satu indikator bahwa daya beli dan aktivitas pasar otomotif belum pulih penuh, sehingga diperlukan langkah khusus dari pemerintah.

Agus menegaskan kembali pentingnya sektor ini dengan mengatakan, “Jadi sektor otomotif terlalu penting untuk diabaikan, sehingga harus diberi perhatian khusus.”

Usulan Insentif untuk Motor Listrik Kembali Didorong

Selain mendorong insentif untuk mobil listrik, Agus juga menyinggung pengajuan stimulus untuk motor listrik yang sudah ia sampaikan sejak awal 2025. 

Menurutnya, kebijakan terkait kendaraan roda dua listrik memiliki potensi besar untuk mempercepat adopsi kendaraan ramah lingkungan, sekaligus menjaga momentum pertumbuhan industri otomotif nasional.

“Motor listrik sudah saya sampaikan berkali-kali, kami sudah mengusulkan sejak Januari 2025, dan ini 2025 sudah mau selesai (belum diberikan). Untuk 2026 akan diajukan kembali, tapi sekali lagi, bolanya tidak ada di kami,” ujarnya.

Agus berharap Kemenko Perekonomian dapat memberikan persetujuan terhadap usulan tersebut di tahun depan. Insentif untuk motor listrik dianggap penting karena segmen ini lebih dekat dengan kebutuhan masyarakat umum dan memiliki pasar yang jauh lebih besar dibandingkan mobil listrik. 

Dengan dukungan yang tepat, pasar motor listrik diharapkan bisa tumbuh lebih cepat dan memberi dampak positif terhadap industri komponen lokal.

Dorongan Kebijakan 2026 untuk Percepatan Pemulihan Industri

Kementerian Perindustrian menilai bahwa tahun 2026 akan menjadi momentum penting bagi industri otomotif untuk kembali tumbuh setelah periode pemulihan yang relatif lambat. 

Oleh karena itu, perumusan insentif yang tengah digodok Kemenperin bukan hanya berfokus pada satu subsektor, tetapi ditujukan untuk memperkuat ekosistem otomotif secara keseluruhan.

Stimulus yang diharapkan bukan hanya bersifat fiskal, tetapi juga dapat menciptakan ruang gerak bagi produsen, distributor, hingga konsumen. Insentif yang tepat diharapkan mampu mendorong peningkatan produksi dan pembelian kendaraan, termasuk kendaraan listrik yang terus dipromosikan sebagai bagian dari agenda transisi energi nasional.

Dengan penurunan penjualan yang terjadi selama tiga kuartal pertama 2025, pemerintah memiliki urgensi untuk mengambil langkah cepat dan terukur. Insentif baru untuk mobil listrik maupun kendaraan konvensional berpotensi menjadi katalis utama dalam menggerakkan kembali industri otomotif Indonesia.

Kemenperin meyakini, ketika ekosistem industri ini kembali bergerak, dampaknya akan meluas ke berbagai sektor lainnya. Oleh karena itu, penyusunan kebijakan insentif 2026 dinilai sebagai langkah strategis untuk memastikan industri otomotif tetap menjadi tulang punggung pertumbuhan manufaktur nasional.

Terkini