Harga Minyak Dunia Turun, Sinyal Kelebihan Pasokan Global

Kamis, 13 November 2025 | 14:18:38 WIB
Harga Minyak Dunia Turun, Sinyal Kelebihan Pasokan Global

JAKARTA - Harga minyak dunia kembali mencatat tren penurunan pada perdagangan , melanjutkan koreksi setelah gejolak tajam di sesi sebelumnya. Berdasarkan data Refinitiv pukul 09.25 WIB, harga Brent (LCOc1) ditutup di US$62,58 per barel, sedikit turun dari posisi kemarin US$62,71. 

Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI/CLc1) melemah ke US$58,34 dari US$58,49 per barel.

Penurunan ini menegaskan sinyal pasar global yang tengah mengalami kelebihan pasokan. Setelah sempat menguat di awal November, harga minyak kini turun lebih dari 4% dibanding posisi awal pekan lalu. Investor menilai bahwa permintaan global masih belum mampu menyerap lonjakan produksi dari produsen utama.

Pasokan Global Melebihi Permintaan

Laporan OPEC menunjukkan bahwa pasokan minyak global telah melampaui permintaan pada kuartal ketiga 2025. Kondisi ini menegaskan kekhawatiran pasar terhadap oversupply, mirip dengan fase 2019-2020. Surplus pasokan membuat strategi pemangkasan produksi oleh OPEC+ menjadi kurang efektif untuk menstabilkan harga.

Di sisi lain, Amerika Serikat tetap menunjukkan ekspansi produksi. Badan Informasi Energi AS (EIA) menaikkan proyeksi produksi minyak mentah menjadi 13,58 juta barel per hari untuk tahun depan, naik dari perkiraan sebelumnya 13,51 juta. Lonjakan ini menunjukkan produsen shale oil AS tetap agresif, meski harga berada di bawah US$60 per barel.

“Pasokan yang melimpah dari beberapa produsen utama menimbulkan tekanan baru terhadap harga minyak global,” ujar analis energi independen.

Kondisi Pasar Berjangka Menguatkan Tren Bearish

Selain faktor fundamental, struktur harga minyak di pasar berjangka juga menegaskan tren bearish. Selisih harga WTI antara kontrak jangka pendek dan panjang sempat berbalik ke posisi contango, di mana harga kontrak jangka panjang lebih tinggi dibanding harga spot. 

Pola ini biasanya mencerminkan pasokan berlebih jangka pendek dan lemahnya permintaan fisik.

Kondisi contango menambah kekhawatiran investor bahwa pasar minyak global tengah berada pada titik kelebihan produksi, yang berpotensi menekan harga lebih lanjut dalam beberapa pekan mendatang.

Permintaan Global Masih Lemah

Tekanan tambahan datang dari perlambatan ekonomi global. Permintaan bahan bakar dari sektor industri dan transportasi menunjukkan pertumbuhan yang lambat, terutama di Asia dan Eropa. 

China, konsumen minyak kedua terbesar dunia, masih menghadapi hambatan dalam pemulihan sektor manufaktur dan ekspor, sehingga konsumsi minyak tetap terbatas.

Beberapa analis memperkirakan harga minyak akan bergerak di kisaran US$57–63 per barel dalam jangka pendek, tergantung kecepatan penyesuaian pasokan oleh OPEC+ dan dinamika ekonomi global.

Dengan kondisi pasokan yang berlimpah dan permintaan yang belum pulih, pasar minyak berada di persimpangan kritis antara realitas produksi dan ekspektasi ekonomi. Investor kini menantikan langkah OPEC+ berikutnya, apakah akan memperpanjang atau menambah pemangkasan produksi untuk menahan tekanan harga.

Prospek Harga Minyak dan Strategi Produsen

Meski harga minyak tengah turun, produsen besar masih memantau berbagai indikator ekonomi global. Penyesuaian pasokan melalui kebijakan OPEC+ diperkirakan akan menjadi faktor utama untuk menjaga stabilitas harga.

Pasar juga menyoroti strategi diversifikasi produksi di AS, yang menunjukkan bahwa shale oil tetap menjadi pemain dominan meski harga berada di level rendah. Di sisi lain, lonjakan pasokan dari negara-negara OPEC lainnya menimbulkan tantangan tersendiri bagi stabilitas harga.

Investor dan analis memperingatkan, tren oversupply dapat menekan harga lebih dalam jika permintaan global tidak menunjukkan perbaikan signifikan dalam beberapa bulan ke depan. Namun, jika terjadi koordinasi pasokan yang efektif, harga dapat bergerak lebih stabil di kisaran US$60 per barel.

Kesimpulan: Pasar Minyak Masih Rentan

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa pasar minyak global rentan terhadap kelebihan pasokan. Faktor fundamental, struktur pasar berjangka, dan lambatnya pemulihan permintaan global menjadi penekan utama harga.

Langkah OPEC+ dalam mengelola produksi akan menjadi kunci utama dalam beberapa bulan ke depan, sementara produsen AS tetap agresif menjaga output shale oil.

Investor disarankan memantau pergerakan data permintaan global, kebijakan produksi OPEC+, serta kondisi ekonomi di negara konsumen utama seperti China dan Eropa. Keseimbangan antara pasokan dan permintaan akan menentukan arah tren harga minyak dunia hingga akhir tahun 2025.

Terkini