Studi: Kepercayaan Zodiak Dikaitkan dengan IQ Rendah dan Narsisme

Kamis, 13 November 2025 | 10:42:18 WIB
Studi: Kepercayaan Zodiak Dikaitkan dengan IQ Rendah dan Narsisme

JAKARTA - Meskipun zaman telah berubah dan teknologi berkembang pesat, kepercayaan terhadap zodiak dan astrologi ternyata masih mengakar kuat di masyarakat global. 

Jutaan orang di berbagai belahan dunia masih menganggap pergerakan bintang memiliki pengaruh terhadap kepribadian, nasib, hingga keberuntungan mereka.

Namun, sebuah penelitian dari Universitas Lund, Swedia, justru mengungkap sisi lain dari fenomena ini. Hasil riset menunjukkan bahwa individu yang mempercayai zodiak cenderung memiliki tingkat kecerdasan lebih rendah dibandingkan mereka yang skeptis terhadap astrologi, serta menunjukkan kecenderungan narsistik yang lebih tinggi.

Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Personality and Individual Differences pada 2021 oleh tiga psikolog, yaitu Ida Andersson, Julia Persson, dan Petri Kajonius. 

Studi ini menjadi perbincangan karena menyingkap hubungan antara kepribadian, tingkat intelektualitas, dan kepercayaan terhadap pseudosains seperti astrologi—sesuatu yang selama ini jarang dibahas secara ilmiah.

Latar Belakang: Ketertarikan Manusia pada Astrologi

Astrologi telah menjadi bagian dari kebudayaan manusia sejak ribuan tahun lalu. Meskipun ilmu pengetahuan modern telah berulang kali membuktikan bahwa posisi bintang dan planet tidak memiliki dampak langsung pada perilaku manusia, banyak orang tetap mempercayainya.

Dilansir dari phys.org, para ilmuwan sudah beberapa kali melakukan uji terhadap konsep astrologi, dan hasilnya selalu sama: tidak ada dasar ilmiah yang membuktikan kebenarannya.

Namun, menariknya, kepercayaan terhadap astrologi justru meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di era digital. Media sosial memainkan peran besar dalam memperkuat tren ini. 

Ramalan zodiak harian, prediksi asmara, hingga karakter kepribadian berdasarkan bintang kini mudah diakses dan menjadi bagian dari budaya pop.
Para peneliti dari Universitas Lund pun melihat fenomena ini sebagai hal menarik untuk dikaji lebih dalam secara psikologis.

Metode Penelitian: Mengukur IQ dan Sifat Narsistik

Dalam studi ini, Andersson, Persson, dan Kajonius menyusun kuesioner daring yang bertujuan menilai dua aspek utama: tingkat kecerdasan (IQ) dan ciri-ciri kepribadian narsistik. 

Mereka menggabungkan beberapa komponen penting, termasuk versi singkat dari Astrology Belief Inventory (Inventaris Kepercayaan terhadap Astrologi) yang dikembangkan oleh dua peneliti dari Universitas Rovira i Virgili, Spanyol, pada tahun 2006.

Sebanyak 264 orang dewasa pengguna Facebook berbahasa Inggris ikut serta dalam survei tersebut. Para peserta diminta menjawab berbagai pertanyaan mengenai pandangan mereka terhadap astrologi, serta menjalani tes IQ singkat untuk menilai kemampuan kognitif mereka.

Hasil kuesioner kemudian dianalisis untuk menemukan korelasi antara kepercayaan terhadap astrologi dan aspek psikologis lainnya.

Hasil Penelitian: Hubungan Antara Kepercayaan Zodiak, IQ, dan Narsisme

Temuan utama dari studi ini cukup mengejutkan. Para peneliti menemukan bahwa individu yang mempercayai astrologi memiliki skor IQ lebih rendah dibandingkan rata-rata, namun memiliki tingkat narsisme lebih tinggi.

Menurut mereka, orang-orang ini cenderung berfokus pada diri sendiri, melihat diri sebagai sosok istimewa dengan bakat alami dalam kepemimpinan, dan memiliki keyakinan kuat terhadap pengaruh luar seperti bintang terhadap kehidupan mereka.

Peneliti juga mencatat bahwa semakin tinggi skor IQ seseorang, semakin kecil kemungkinan mereka mempercayai astrologi. 

Artinya, tingkat intelektualitas yang lebih tinggi berkorelasi negatif dengan kepercayaan pada pseudosains.
Kesimpulan ini memperkuat gagasan bahwa mereka yang berpikir lebih rasional dan kritis cenderung menolak hal-hal yang tidak memiliki dasar ilmiah.

Sementara itu, tingkat narsisme yang tinggi menunjukkan adanya kebutuhan untuk merasa unik atau berbeda dari orang lain. Astrologi sering kali menyediakan narasi yang memperkuat hal ini—misalnya dengan menyebut seseorang sebagai pribadi "spesial" berdasarkan tanda zodiaknya.

“Orang yang percaya pada astrologi cenderung melihat diri mereka sebagai individu istimewa dengan potensi besar, namun hal ini juga berkaitan dengan tingkat kecerdasan yang lebih rendah dibandingkan populasi umum,” tulis tim peneliti dalam laporan mereka.

Fenomena Sosial dan Implikasi Penelitian

Penelitian ini bukan berarti menilai bahwa semua orang yang menikmati membaca zodiak memiliki intelektualitas rendah. Namun, hasilnya menyoroti hubungan antara pola pikir terbuka terhadap pseudosains dan cara seseorang memandang diri sendiri.

Kepercayaan terhadap astrologi sering kali memberikan rasa kontrol semu terhadap hal-hal yang tidak pasti dalam hidup. Dalam konteks modern, ini dapat menjadi bentuk coping mechanism atau pelarian psikologis dari stres dan ketidakpastian dunia nyata.

Banyak orang memanfaatkan zodiak bukan semata sebagai keyakinan, tetapi sebagai hiburan atau refleksi diri ringan. Akan tetapi, bagi sebagian orang, kepercayaan ini bisa menjadi dasar dalam mengambil keputusan penting, yang dapat menimbulkan konsekuensi jika tidak disertai pemikiran rasional.

Dari sisi ilmiah, penelitian ini mengingatkan pentingnya literasi sains dan berpikir kritis dalam menghadapi maraknya informasi pseudoscientific yang beredar luas di dunia maya. Dengan pendekatan rasional dan bukti nyata, masyarakat diharapkan bisa membedakan antara hiburan populer dan fakta ilmiah.

Antara Kepercayaan, Ego, dan Logika

Riset dari Universitas Lund ini membuka diskusi menarik tentang hubungan antara astrologi, intelektualitas, dan kepribadian manusia. 

Meskipun astrologi terus digemari di berbagai kalangan, sains kembali menunjukkan bahwa kepercayaan tersebut tidak memiliki dasar empiris dan sering kali terkait dengan kebutuhan psikologis untuk merasa istimewa.

Terkini