JAKARTA - Legenda sepak bola Inggris Frank Lampard akhirnya memutuskan gantung sepatu pada tahun 2016 setelah lebih dari dua dekade berkarier di dunia sepak bola profesional.
Keputusan itu diambil usai membela klub Amerika Serikat, New York City FC, dan menutup perjalanan panjangnya yang gemilang sebagai salah satu gelandang terbaik dalam sejarah sepak bola Inggris.
Namun, siapa sangka, pemicu momen kesadarannya untuk pensiun justru datang dari obrolan ringan dengan seorang pemain muda Manchester United, Luke Shaw.
Dalam wawancara dengan The Independent, Lampard mengungkapkan bahwa percakapan itu membuatnya sadar betapa jauh jarak generasi yang memisahkan dirinya dengan para pemain muda masa kini.
“Saya sedang mengobrol dengan Luke Shaw, dan saya menyebut nama Tony Adams. Tapi dia tampak bingung dan bertanya, ‘Dia main untuk siapa?’ Saat itu saya tahu bahwa sudah waktunya untuk pensiun,” ujar Lampard sambil tertawa mengenang kejadian tersebut.
Karier Gemilang Bersama Chelsea dan Timnas Inggris
Frank Lampard adalah simbol kesuksesan era keemasan Chelsea di bawah kepemimpinan Roman Abramovich. Ia mencatatkan 13 trofi utama, termasuk lima gelar Liga Inggris dan satu trofi Liga Champions 2012. Tak hanya itu, Lampard juga dikenal sebagai g elandang dengan torehan gol terbanyak dalam sejarah Premier League, yakni 174 gol.
Di level internasional, Lampard menjadi bagian penting dari Timnas Inggris dengan 109 caps, menjadikannya satu dari hanya sepuluh pemain yang mencapai angka tersebut. Ia dikenal karena kecerdasan taktik, kemampuan mencetak gol dari lini kedua, serta profesionalisme tinggi di setiap kesempatan.
Pada 2014, setelah 13 tahun membela Chelsea, Lampard membuat langkah mengejutkan dengan bergabung bersama Manchester City, klub rival di Liga Primer Inggris.
Keputusan itu sempat menuai kontroversi karena sebelumnya ia sudah diumumkan sebagai pemain baru New York City FC, klub “saudara” Manchester City di bawah naungan City Football Group.
Kepindahan Kontroversial ke Manchester City
Kepindahan Lampard ke Manchester City pada musim 2014/15 awalnya dilaporkan hanya sebagai masa pinjaman singkat. Namun, kemudian terungkap bahwa ia menandatangani kontrak jangka pendek langsung dengan City, sebelum akhirnya benar-benar pindah ke Amerika Serikat pada musim panas 2015.
Meski sempat menjadi bahan perdebatan, Lampard justru tampil impresif bersama The Citizens, mencetak enam gol dalam 32 pertandingan liga. Ia menunjukkan bahwa pada usia mendekati 37 tahun pun, dirinya masih memiliki kemampuan dan naluri mencetak gol yang luar biasa.
Namun, menjelang akhir musim, Lampard mulai merasakan penurunan performa fisik yang membuatnya berpikir ulang tentang masa depannya sebagai pemain.
“Saya merasa sekaranglah saatnya memulai babak baru dalam hidup saya,” ujarnya pada saat mengumumkan keputusan pensiun. “Tubuh saya sudah memberi sinyal, dan saya ingin mengakhiri karier ini dengan cara yang saya pilih sendiri.”
Percakapan dengan Luke Shaw Jadi Tanda Waktu Telah Berganti
Meski keputusan pensiun Lampard dilandasi pertimbangan fisik dan karier, percakapan santai dengan Luke Shaw menjadi momen simbolis yang menguatkan pilihannya.
Ketika menyebut nama Tony Adams, bek legendaris Arsenal yang mengoleksi 66 caps untuk Inggris, Lampard terkejut karena Shaw tak mengenalnya sama sekali.
Reaksi polos Shaw membuat Lampard tersadar bahwa ia berasal dari generasi yang sudah berlalu, sementara dunia sepak bola telah memasuki era baru dengan pemain-pemain muda yang tumbuh bersama idola berbeda.
Tony Adams sendiri dikenal sebagai salah satu bek terbaik Inggris sepanjang masa, menghabiskan seluruh 19 tahun karier profesionalnya bersama Arsenal dan memenangkan empat gelar liga utama. Namun, karena puncak kariernya terjadi pada awal 1990-an, wajar jika pemain muda seperti Shaw—yang lahir pada 1995—tak mengenalnya dengan baik.
“Entah dia bercanda atau benar-benar tidak tahu, tapi momen itu benar-benar membuka mata saya,” kata Lampard. “Saya sadar bahwa generasi saya sudah berlalu.”
Dari Pemain Ikonik ke Pelatih yang Ambisius
Setelah pensiun, Frank Lampard tidak meninggalkan dunia sepak bola. Ia memulai karier kepelatihannya bersama Derby County, di mana ia hampir membawa tim tersebut promosi ke Premier League pada musim pertamanya.
Kesuksesan itu membawanya kembali ke Chelsea sebagai pelatih kepala pada 2019, meski masa jabatannya tidak berlangsung lama.
Ia juga sempat menangani Everton, sebelum kini dipercaya memimpin Coventry City yang sedang tampil sensasional di divisi Championship.
Coventry di bawah asuhan Lampard menjadi pemuncak klasemen sementara dengan keunggulan lima poin setelah 15 pertandingan, dan telah mencetak 40 gol sejauh musim ini. Banyak pihak memuji gaya permainan menyerang dan manajemen muda yang dibawa Lampard ke tim tersebut.
Warisan Frank Lampard di Dunia Sepak Bola
Frank Lampard akan selalu dikenang bukan hanya karena statistik gol atau trofi yang ia menangkan, tetapi juga karena etos kerja dan kecerdasannya di atas lapangan. Ia adalah contoh nyata bagaimana disiplin dan dedikasi dapat membawa pemain ke puncak kesuksesan.
Dari masa kejayaannya bersama Chelsea hingga perannya sebagai pelatih yang terus berkembang, Lampard tetap menjadi figur penting dalam sepak bola Inggris modern. Momen kecil bersama Luke Shaw mungkin lucu, namun di balik itu tersimpan refleksi mendalam—bahwa setiap legenda pada akhirnya harus tahu kapan waktunya memberi ruang bagi generasi berikutnya.