JAKARTA - Indonesia memasuki fase penting dalam perjalanan menuju kemandirian energi bersih dan berkelanjutan.
Pemerintah menegaskan komitmen mempercepat transisi energi nasional melalui regulasi dan inovasi yang berpihak pada masa depan hijau. Tujuan utama bukan sekadar mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga membangun sistem energi yang tangguh, efisien, dan berkeadilan bagi seluruh rakyat.
Langkah progresif ini tercermin melalui sejumlah kebijakan strategis, termasuk Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 5/2025 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 40/2025.
Regulasi tersebut menjadi tonggak penting dalam memperkuat fondasi transisi energi, menyeimbangkan ambisi pengurangan emisi dengan kebutuhan menjaga stabilitas kelistrikan nasional.
Diharapkan, regulasi baru ini menjadi katalisator percepatan phase-out Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara, sekaligus membuka ruang lebih besar bagi energi terbarukan untuk tumbuh. Sinergi antara kebijakan fiskal, inovasi teknologi, dan investasi hijau menjadi kunci untuk mewujudkan transisi energi yang inklusif dan berkelanjutan.
Regulasi Strategis Percepat Penutupan PLTU Batu Bara
Menurut Muhamad Saleh, peneliti Hukum di Centre of Economic and Law Studies (CELIOS), regulasi terbaru membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi.
"Regulasi terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 5/2025 yang mengatur adanya platform transisi energi sebagai alat fiskal yang mendukung percepatan penutupan PLTU dan pengakhiran Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL)," kata Saleh.
Saleh menambahkan, PMK ini memberi kepastian bagi pelaku industri dan lembaga keuangan bahwa risiko bisnis PLN mendapat jaminan pemerintah. Selain itu, alokasi anggaran khusus untuk mendukung penutupan PLTU secara bertahap membuka peluang investasi hijau lebih luas.
"Ini merupakan sebuah angin segar untuk transisi energi. PMK No. 5/2025 ini menjadi sebuah momentum yang baik," ujarnya.
Peran Penting Pertamina Geothermal Energy (PGE)
Peran PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) semakin strategis dalam memperkuat kedaulatan energi dan mempercepat transformasi menuju energi bersih.
"PGE adalah tulang punggung transisi energi Indonesia. Dengan potensi panas bumi mencapai 24 gigawatt atau sekitar 40 persen dari cadangan dunia, kami memiliki mandat besar untuk mengubah potensi ini menjadi kekuatan nyata bangsa," ujar Direktur Utama PGE, Julfi Hadi.
Sepanjang 2025, PGE mencatat sejumlah capaian penting, termasuk beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2 berkapasitas 55 MW di Sumatera Selatan dan dimulainya pembangunan PLTP Gunung Tiga 55 MW di Lampung. Proyek ini mendukung target PGE mencapai kapasitas 1 GW dalam dua hingga tiga tahun ke depan, serta 1,8 GW pada 2033.
Selain panas bumi, PGE juga memperluas inovasi melalui proyek Green Hydrogen di Ulubelu, sebagai bagian dari peta jalan menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.
Komitmen keberlanjutan ini membuahkan pengakuan global, termasuk masuk daftar Top 50 ESG Global versi Sustainalytics dan meraih 18 penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Tantangan Stabilitas Sistem Listrik Terbarukan
Di sisi sistem kelistrikan nasional, muncul tantangan baru seiring meningkatnya penetrasi energi surya dan angin yang bersifat intermiten. Untuk menjaga kestabilan jaringan listrik di tengah pertumbuhan pesat energi terbarukan, Wärtsilä Energy bersama Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Workshop Stabilitas Sistem Kelistrikan Indonesia.
"Workshop perdana ini dirancang untuk memperdalam pemahaman mengenai bagaimana teknologi seperti Internal Combustion Engine (ICE) dapat menyeimbangkan sistem kelistrikan di tengah pertumbuhan energi terbarukan," ujar Febron Siregar, Sales Director Business Development Wärtsilä Indonesia.
Ketua Laboratorium Sistem Tenaga dan Dinamika Jaringan STEI ITB, Nanang Hariyanto, menekankan pentingnya kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah agar sistem listrik nasional tetap tangguh dan andal menghadapi perubahan lanskap energi global.
Kolaborasi dan Inovasi Jadi Kunci Transisi Energi
Sinergi kebijakan fiskal yang berpihak lingkungan, inovasi teknologi, serta peran industri seperti PGE dan Wärtsilä menjadi fondasi kokoh transformasi energi Indonesia.
Dengan dukungan penuh pemerintah dan keterlibatan aktif pelaku industri, transisi energi menandai babak baru perjalanan energi nasional—dari ketergantungan pada bahan bakar fosil menuju kemandirian energi bersih yang inklusif dan berkeadilan.
Optimisme ini menegaskan bahwa transisi energi bukan sekadar agenda lingkungan, tetapi juga visi kebangsaan untuk masa depan Indonesia yang lebih hijau, tangguh, dan berdaulat secara energi.