Kisah Tragis Balita Terinfeksi Gonore karena Bakteri Laboratorium

Selasa, 11 November 2025 | 11:36:51 WIB
Kisah Tragis Balita Terinfeksi Gonore karena Bakteri Laboratorium

JAKARTA - Tidak ada orang tua yang menginginkan hal buruk menimpa anaknya, apalagi akibat sesuatu yang tampak sepele.

Namun, insiden tak terduga ini benar-benar terjadi pada seorang balita asal San Antonio, Texas, Amerika Serikat (AS).
Balita berusia tiga tahun itu diketahui positif terinfeksi gonore, penyakit yang hampir selalu ditularkan melalui hubungan seksual. 

Namun, kasus ini berbeda — infeksi muncul bukan karena kontak antar manusia, melainkan karena menelan bakteri penyebab gonore secara langsung.

Kisah ini menjadi salah satu laporan medis paling langka di dunia, karena memperlihatkan bagaimana kelalaian kecil dapat berujung pada risiko kesehatan serius bagi anak.

Awal Mula Kejadian: Ketidaksengajaan di Dalam Mobil

Melansir laporan dari Live Science, sang ibu dari bocah tersebut bekerja sebagai staf laboratorium mikrobiologi. Seperti biasanya, ia mengumpulkan cawan petri berisi sampel klinis dari pasien, lalu menyimpannya di kursi belakang mobil setelah selesai bekerja.

Di hari yang sama, ia juga membawa serta anaknya ke tempat kerja. Sekembalinya ke rumah, sang ibu meninggalkan si kecil di dalam mobil sebentar untuk memindahkan barang belanjaan.

Namun, ketika kembali, ia mendapati pemandangan yang membuat darahnya seolah berhenti mengalir: putranya sedang memegang dan memakan isi salah satu cawan laboratorium.

Isi cawan itu menyerupai agar-agar berwarna cokelat — bukan dari cokelat asli, tetapi medium pertumbuhan bakteri yang sering digunakan dalam laboratorium. Bagi seorang balita, tampilan itu tentu menggoda dan tampak seperti makanan manis biasa.

Isi Cawan Berisi Bakteri Penyebab Gonore

Segera setelah menyadari kejadian itu, sang ibu panik dan langsung membawa anaknya ke rumah sakit.
Dari hasil pemeriksaan, para dokter menemukan bahwa cawan tersebut berisi bakteri Neisseria gonorrhoeae, yaitu penyebab utama penyakit menular seksual gonore.

Kasus ini kemudian dilaporkan dalam The New England Journal of Medicine pada tahun 1984, dan menjadi perhatian para ahli kesehatan di seluruh dunia. Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa anak tersebut sempat dimonitor secara intensif di rumah sakit selama beberapa hari.

Pada hari ke-8, hasil tes menunjukkan bahwa si balita benar-benar positif terinfeksi gonore. Meski demikian, laporan tidak menjelaskan secara rinci gejala apa yang dialami bocah tersebut. 

Namun secara umum, gonore yang menyerang area mulut atau tenggorokan dapat menyebabkan sakit tenggorokan, nyeri saat menelan, atau munculnya bercak putih di rongga mulut.

Kasus Gonore yang Paling Tidak Biasa

Apa yang dialami balita ini menjadi salah satu kasus gonore paling unik dalam sejarah medis.
Biasanya, hampir 100 persen kasus gonore ditularkan melalui kontak seksual. 

Pada anak-anak, infeksi ini kadang muncul akibat pelecehan seksual, sehingga dokter selalu berhati-hati dalam menegakkan diagnosis. Namun, pada kasus ini, tidak ada indikasi kekerasan atau pelecehan apa pun. Penularan murni terjadi karena kontaminasi langsung dari bakteri di media laboratorium yang tertelan.

Hal ini memperlihatkan bahwa meskipun jarang terjadi, bakteri penyebab penyakit menular seksual bisa hidup di luar tubuh manusia dalam kondisi tertentu, khususnya di lingkungan laboratorium dengan medium yang mendukung pertumbuhannya.

Kasus ini juga menjadi peringatan keras bagi tenaga medis dan peneliti agar selalu memperhatikan prosedur keamanan biologis, terutama saat membawa atau menyimpan sampel klinis yang berpotensi menularkan penyakit.

Pelajaran Penting dari Kasus Ini

Kisah tragis dari Texas ini memberikan pelajaran penting tentang pentingnya pengawasan dan keamanan di lingkungan rumah maupun kerja.

Sebagai staf laboratorium, sang ibu tentu sudah memahami bahaya mikroba patogen. Namun, dalam momen kelelahan dan rutinitas sehari-hari, kelalaian kecil pun bisa berakibat besar — terutama bagi anak-anak yang rasa ingin tahunya tinggi.

Bagi para orang tua, pengawasan terhadap anak di lingkungan yang mengandung risiko biologis sangat krusial. Anak-anak tidak memiliki kemampuan untuk membedakan benda aman dan berbahaya. Bagi mereka, sesuatu yang terlihat seperti agar-agar cokelat bisa dianggap camilan menarik.

Kasus ini juga mengingatkan masyarakat bahwa penyakit menular seksual seperti gonore tidak selalu ditularkan lewat hubungan seksual. Meski sangat jarang, penularan bisa terjadi melalui kontak langsung dengan bakteri aktif, baik lewat luka terbuka, permukaan kulit, atau seperti dalam kasus ini — tertelan melalui medium laboratorium.

Gonore: Penyakit Menular Seksual yang Harus Diwaspadai

Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae, yang biasanya menginfeksi area genital, anus, dan tenggorokan. Penyakit ini dapat menimbulkan rasa nyeri saat buang air kecil, keputihan berlebih pada perempuan, atau keluarnya cairan abnormal dari penis pada laki-laki.

Tanpa pengobatan yang tepat, gonore dapat menimbulkan komplikasi serius seperti infertilitas, infeksi panggul, hingga penularan ke bayi saat proses persalinan.

Pada kasus yang dialami si balita, infeksi diduga terjadi di area mulut dan tenggorokan, karena bakteri masuk melalui jalur pencernaan. Meskipun jarang berakibat fatal, kondisi ini memerlukan pengawasan medis ketat dan pemberian antibiotik khusus untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut.

Kisah balita di Texas ini bukan sekadar cerita langka dalam dunia medis, tetapi juga peringatan nyata tentang bahaya kelalaian kecil yang bisa mengancam keselamatan anak. Kasus ini menunjukkan bahwa paparan bakteri patogen di luar konteks seksual tetap dapat menyebabkan infeksi serius bila tidak ditangani dengan tepat.

Oleh karena itu, penting bagi siapa pun yang bekerja di bidang medis atau laboratorium untuk selalu mematuhi prosedur keamanan biologis, dan bagi orang tua — tidak pernah meninggalkan anak sendirian di tempat berisiko.

Kesadaran dan kewaspadaan menjadi kunci utama dalam mencegah insiden serupa terulang, sekaligus memastikan bahwa lingkungan sekitar anak benar-benar aman dari bahaya yang tidak terlihat oleh mata.

Terkini